Bandung (ANTARA) - Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (Jabar) mengungkap beberapa tahun terakhir ini mulai menerima pasien anak yang penderita orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang diakibatkan oleh penggunaan gawai yang berlebihan.
Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat dr Elly Marliyani, dalam acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate Bandung, Kamis, mengatakan, walaupun pihaknya belum mengantongi data pasti jumlah pasien anak ke rumah sakit jiwa tapi fenomena tersebut sudah terjadi.
Bahkan, kata Elly, hal tersebut kasus anak ODGJ akibat penggunaan gawai berlebihan berpotensi meningkat jika tidak ditangani dan menurut prevalensi yang ada satu dari sepuluh orang mengalalami ODMK.
"Biasanya ODGJ maupun ODMK (orang dengan masalah kejiwaan) dialami remaja yang masuk pada umur 15 tahun tapi dengan perkembangan zaman seperti sekarang terdapat anak kecil yang bahkan sudah dimasukan ke rumah sakit jiwa," kata dia.
Dia menuturkan sudah banyak orang tua yang membawa anak mereka untuk direhabilitasi ke RSJ Provinsi Jawa Barat akibat kecanduaan gawai.
"Anak-anak ini ada yang berumur lima tahun ada juga yang delapan tahun,"ujar dia.
Dia mengatakan potensi ini semakin besar salah satunya dipengaruhi penggunaan gadget dan para orang tua sekarang sudah banyak yang memberikan gadget kepada anak mereka.
Pemberian ini dilakukan awalnya agar anak bisa bermain tanpa menganggu kegiatan orangtua dan sayangnya penggunaan ini kemudian membuat anak menjadi kecanduan.
"Jika gadget dipakai berlebihan dan menjadi ketergantungan bisa menganggu jiwa anak tersebut," ujar Elly.
Pihaknya memberikan contoh saat pemadaman listrik pada Agustus lalu, ada anak kecil yang marah kepada orang tuanya karena tidak bisa bermain gawai.
"Saat mati lampu anak tersebut enggak bisa diberitahu ngamuk hancurkan pintu itu hal yang tidak diduga. Anak sekecil itu gara-gara handphonenya tidak bisa dicharge," kata dia.
Elly pun menegaskan, hal itu bisa dicegah dari awal. Gawai kembalikan pada Fung Sinha. "Apakah anak sudah harus gunakan gadget. Berikan gadget pada anak sesuai dengan usianya. Selain itu aktifkan bermain dengan seusianya dan permainan tradisional, "ucap dia.
Sementara itu, Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Jabar Arief Sutedjo mengatakan saat ini anak-anak memiliki potensi tinggi menjadi sakit jiwa dengan kondisi sosial yang berkembang di masyarakat.
Arif mengatakan untuk mengurangi dampak negatif tersebut, orang tua dan guru di sekolah memiliki peran penting membangun sikap anak.
"Seperti guru BP harus bisa mengajarkan anak agar menghindari hal negatif yang bisa ada di sekolah. Mereka juga harus diajarkan bisa bergaul dengan lingkungan yang baik," kata Arif.