Bandung (ANTARA) - Sambil menyeruput es kopi susu favoritnya di salah satu gerai kopi kekinian di Kota Bandung, jemari Dini Andriani tampak asyik bergerak di atas layar telepon pintarnya.
Melalui layar telepon pintarnya, Dini melihat-lihat koleksi pakaian terbaru bagi kaum hawa pada sebuah galeri toko belanja online. Saat itu, dirinya membutuhkan outer panjang untuk bekerja yang sekaligus bisa dipakai saat bersantai bersama teman-temannya.
Dini Andriani ialah satu dari sekian banyak perempuan Indonesia yang ketagihan belanja online, atau sering disebut juga shopaholic.
Ibu dua orang anak ini mengatakan mulai berbelanja secara online sejak 2010 saat bekerja di salah satu bank milik pemerintah daerah di Kota Bandung.
"Awal mula kenal sama yang namanya belanja online itu tahun 2010, waktu masih kerja di bank. Itu dulu masih di Facebook. Jadi ada teman yang jual baju dan itu bajunya lucu-lucu banget dan tergoda untuk beli," kata Dini kepada Antara, di Kota Bandung, beberapa waktu lalu.
"Dulu itu ya, kalau mau belanja online cuma di Facebook saja. Nah kalau sekarang mah banyak banget pilihannya dan kadang suka banyak promo-promo gitu. Jadi kalau belanja di toko online-nya kita juga bisa dapat diskon atau voucher gitu," kata dia.
Dalam sepekan, Dini bisa melakukan transaksi belanja online hingga lima kali dan ia mengatakan banyak keuntungan yang didapatnya saat berbelanja online.
"Pertama kita bisa belanja di mana saja dan kapan saja. Karena itulah kita belanja dari handphone. Bisa sambil tiduran, bisa sambil ngopi-ngopi juga, enggak usah berdesakan pas belanja, enggak usah macet-macetan juga. Paling banyak aku belanja online itu buat baju ya" katanya sambil tersenyum.
Hobi belanja online seperti tas, sepatu, baju, celana, sandal hingga alat kecantikan membuat dirinya harus menyiapkan sebuah kamar berukuran sekitar 3 x 4 meter di rumahnya untuk menyimpan seluruh barang yang dibelinya dari belanja online.
"Itu saking seringnya belanja online, aku sampai enggak sadar barang di lemari dan kamar sudah numpuk banget, akhirnya ada satu kamar yang aku khususkan buat nyimpan semua barang yang dibeli dari belanja online," kata dia.
Jiwa shopaholic di dunia maya juga membuat Dini sering berselisih paham hingga diomeli oleh sang suami.
"Suami kadang suka ngomel sih, pernah waktu itu dalam satu hari aku belanja online sebanyak dua kali. Dan pak suami cuma bilang 'Mah, ini apa-apaan, kemarin baru beli baju, sekarang beli lagi, dua (baju) lagi," ujar Dini menirukan perkataan suami.
"Tapi alhamdulillah setelah suami ngizinin buat kerja, aku kadang enggak minta duit belanja online ke suami, tapi pakai duit aku," katanya sambil tersenyum.
Baca juga: Kebiasaan orang Indonesia saat belanja online menurut riset Facebook
Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi, pelaku industri e-commerce semakin bertambah banyak dan hal tersebut menjadi "surga" bagi para shopaholic.
Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Dimitri Mahayana mengatakan secara umum potensi online e-commerce Indonesia hingga tahun 2020 sangat tinggi dengan nilai total prediksi hampir menembus Rp1.500 triliun.
Sementara itu, untuk kegiatan belanja kebutuhan, penggunaan transportasi hingga pemesanan tiket dan hotel, sudah bergeser hingga 90 persen ke online.
Maraknya sarana jual beli secara online juga membuat pola belanja masyarakat berubah yakni yang awalnya dilakukan secara konvensional (bertemu langsung pembeli dan melihat langsung barang yang diinginkan) menjadi lebih modern dan praktis.
Pesatnya pertumbuhan industri e-commerce di tanah air juga berdampak tidak hanya pada gaya hidup masyarakat tetapi juga pada sektor industri jasa pengiriman logistik.
Dini mengatakan saat pertama kali dirinya mulai keranjingan berbelanja online, ada masalah yang harus dihadapinya, yakni waktu pengiriman barang dari si penjual kepada si pembeli.
"Dulu itu ya, jasa pengiriman logistik belum sebanyak sekarang, jadi kalau belanja online kita harus sabar nunggu paketnya datang ke rumah. Suka sebel sih," kata dia yang kemudian tertawa kecil.
"Alhamdulillah, selain toko online yang banyak, beragam pula jasa pengiriman paket, kita juga jadi semakin banyak pilihan. Bahkan ada yang sehari sampai," kata dia.
Solusi terkait pengiriman barang-barang yang ia beli secara online, kata Dini, kini bisa terpenuhi dengan adanya layanan logistik dari JNE.
Ia mengaku menemukan kenyamanan pengiriman barang yang dibeli secara online melalui layanan jasa dari JNE.
"Biasanya aku kalau pesan barang online, ke si penjualnya minta dikirim kilat pakai JNE yang sehari sampai. Selain cepat dan aman, harga paketnya juga oke ya," kata dia.
Sementara itu, pelaku bisnis e-commerce di Kota Bandung, Irma Rahmatillah membenarkan bahwa rata-rata konsumen yang berbelanja online membutuhkan layanan logistik yang cepat dan aman.
"Kalau mayoritas konsumen yang beli di saya, mereka maunya barang dikirim pakai jasa logistik yang cepat dan aman. Dua faktor itu yang paling sering diperhatikan konsumen ketika mereka akan mengirimkan barangnya usai berbelanja online," kata Irma yang aktif berjualan online di Facebook.
Head of Regional Jawa Barat JNE Murah Lestari mengatakan pihaknya menyediakan sejumlah layanan untuk memberikan layanan pengiriman logistik bagi konsumen e-commerce.
Layanan yang pertama ialah YES (Yakin Esok Sampai) yang merupakan layanan dengan waktu penyampaian di tujuan keesokan harinya (termasuk Minggu dan hari libur) di kota-kota yang telah ditentukan dengan ketentuan waktu batas maksimum pengiriman.
"Layanan ini memberikan garansi uang kembali apabila keterlambatan penyampaian disebabkan oleh pihak JNE," kata dia.
Yang kedua Layanan Super Speed (SS) merupakan layanan pengiriman dengan mengutamakan kecepatan penyampaian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan atau disepakati yaitu maksimum 24 jam sejak transaksi per paket dijemput kurir atau melampaui 24 jam apabila ada permintaan khusus dari pelanggan.
Berlaku garansi uang kembali apabila pengiriman melebihi batas waktu yang disepakati dengan kemudahan tracking yaitu pemberitahuan keberhasilan pengiriman paket melalui ponsel ke nomor ponsel pengirim yang tercantum pada resi.
"Kemudian kami juga memiliki layanan Diplomat Service yang merupakan layanan pengiriman barang dan dokumen bernilai tinggi yang dibawa langsung oleh petugas JNE (hand carry) dengan mengutamakan kepastian, keamanan dan kecepatan kiriman mulai dari penjemputan hingga di tangan penerima. Berlaku garansi uang kembali apabila penyampaian tidak sesuai dengan kesepakatan," katanya.
Selain service premium yang ditawarkan, JNE juga menyediakan service regular yang merupakan layanan pengiriman ke seluruh wilayah Indonesia, dengan perkiraan waktu penyampaian kiriman satu hingga tujuh hari kerja, tergantung pada zona daerah yang menjadi tujuan pengiriman.
Lestari mengatakan jenis produk yang paling banyak dikirimkan oleh JNE dari konsumen belanja online ialah produk fashion.
"Produk fashion masih mendominasi kiriman online, seperti apparel, kerudung dan aksesoris. JNE di area Jawa Barat memberikan kontribusi hingga puluhan juta kiriman per tahun yang di dominasi kiriman fashion," kata dia.
Kapasitas pegiriman JNE secara nasional rata-rata-rata mencapai 240 juta per tahun atau 20 juta kiriman per bulan.
Baca juga: JNE-ITB kolaborasi bangun Business Lab SBM
Ketika "si shopaholic" terbantu inovasi jasa logistik
Senin, 30 September 2019 0:25 WIB