Pemkab Cianjur, Jawa Barat, belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) meskipun sepanjang Januari hingga Juni tercatat 400 orang menjalani perawatan dan empat orang diantaranya meninggal dunia akibat DBD.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Cianjur, dr Yusman Faisal pada wartawan Jumat, mengatakan jumlah pasien DBD tahun ini, meningkat dibandingkan tahun lalu yang lebih dari 400 orang hingga pertengahan tahun.
"Tahun lalu, pasien DBD meninggal tujuh orang dengan angka kasus pasien DBD di bawah dua ratus orang, sebagian besar kembali sembuh dan mendapat perhatian khusus dari tim medis di pusat layanan kesehatan terdekat," katanya.
Hingga saat ini, ungkap dia, masih rendahnya kasus pasien meninggal membuat pemkab belum menetapkan status KLB (Kejadian Luar Biasa) karena salah satu syaratnya, jumlah kasus tahun ini harus dua kali dibandingkan tahun lalu.
Tercatat wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di perkotaan dan Cianjur utara, masih mendominasi kasus DBD di Cianjur, sehingga pihaknya mengimbau warga untuk menerapkan pola hidup sehat dan melakukan 3 M sebagai upaya membunuh jentik nyamuk dan tidak mudah bersarang.
"Kami terus menggalakkan pola hidup sehat bagi warga, menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan gerakan 3 M. Langkah tersebut sebagai upaya antisipasi berkembang biaknya jentik nyamuk aides agepty yang membawa DBD," katanya.
Sementara data yang diperoleh dari RSUD Cianjur, sepanjang tahun 2020, tercatat ada 390 pasien DBD yang menjalani perawatan. Pasien yang banyak masuk dengan kasus DBD ada bulan Maret dengan jumlah 124 pasien.
Sedangkan Januari terdapat 74 pasien, Februari 87 pasien, April tercatat 58 pasien, Mei sebanyak 32 pasien dan Juni ada 15 pasien yang menjalani rawat inap. Sebagian besar pasien tersebut sembuh dan mendapat perhatian khusus dari tim kesehatan pusat layanan kesehatan terdekat.
"Dari sekian banyak pasien yang masuk tercatat dua orang pasien yang menjalani perawatan pada bulan Maret meninggal dunia, satu orang pada pada bulan April dan Mei, sehingga pasien meninggal berjumlah empat orang," kata Direktur Utama RSUD Cianjur Ratu Tri Yulia melalui Kepala Sub Bagian Humas RSUD Sayang Cianjur Diana Wulandara.
Baca juga: Dua pasien DBD meninggal dunia di Cianjur
Baca juga: RSUD Cianjur rawat 136 pasien DBD selama Januari-Februari
Baca juga: Jumlah pasien DBD di RSUD Cianjur bertambah
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Cianjur, dr Yusman Faisal pada wartawan Jumat, mengatakan jumlah pasien DBD tahun ini, meningkat dibandingkan tahun lalu yang lebih dari 400 orang hingga pertengahan tahun.
"Tahun lalu, pasien DBD meninggal tujuh orang dengan angka kasus pasien DBD di bawah dua ratus orang, sebagian besar kembali sembuh dan mendapat perhatian khusus dari tim medis di pusat layanan kesehatan terdekat," katanya.
Hingga saat ini, ungkap dia, masih rendahnya kasus pasien meninggal membuat pemkab belum menetapkan status KLB (Kejadian Luar Biasa) karena salah satu syaratnya, jumlah kasus tahun ini harus dua kali dibandingkan tahun lalu.
Tercatat wilayah dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di perkotaan dan Cianjur utara, masih mendominasi kasus DBD di Cianjur, sehingga pihaknya mengimbau warga untuk menerapkan pola hidup sehat dan melakukan 3 M sebagai upaya membunuh jentik nyamuk dan tidak mudah bersarang.
"Kami terus menggalakkan pola hidup sehat bagi warga, menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan gerakan 3 M. Langkah tersebut sebagai upaya antisipasi berkembang biaknya jentik nyamuk aides agepty yang membawa DBD," katanya.
Sementara data yang diperoleh dari RSUD Cianjur, sepanjang tahun 2020, tercatat ada 390 pasien DBD yang menjalani perawatan. Pasien yang banyak masuk dengan kasus DBD ada bulan Maret dengan jumlah 124 pasien.
Sedangkan Januari terdapat 74 pasien, Februari 87 pasien, April tercatat 58 pasien, Mei sebanyak 32 pasien dan Juni ada 15 pasien yang menjalani rawat inap. Sebagian besar pasien tersebut sembuh dan mendapat perhatian khusus dari tim kesehatan pusat layanan kesehatan terdekat.
"Dari sekian banyak pasien yang masuk tercatat dua orang pasien yang menjalani perawatan pada bulan Maret meninggal dunia, satu orang pada pada bulan April dan Mei, sehingga pasien meninggal berjumlah empat orang," kata Direktur Utama RSUD Cianjur Ratu Tri Yulia melalui Kepala Sub Bagian Humas RSUD Sayang Cianjur Diana Wulandara.
Baca juga: Dua pasien DBD meninggal dunia di Cianjur
Baca juga: RSUD Cianjur rawat 136 pasien DBD selama Januari-Februari
Baca juga: Jumlah pasien DBD di RSUD Cianjur bertambah
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2020