Jakarta (ANTARA) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) terus menyosialisasikan Islam Wasathiyah yakni Islam yang moderat penuh kasih sayang sebagai upaya dalam mencegah penyebaran paham radikalisme di masyarakat.
"MUI sebagai lembaga yang mengarahkan umat melakukan sosialisasi Islam Wasathiyah yakni Islam yang moderat yang Rahmatan lil'alamin," kata Ketua Bidang Pendidikan dan Kaderisasi MUI Pusat, KH Abdullah Jaidi, kepada Antara saat dihubungi di Jakarta, Senin (17/6).
MUI juga telah menyosialisasikan secara internasional tentang konsep Islam Wasathiyah yang dilaksanakan pada kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim dunia pada tahun 2018 di Bogor.
Pertemuan itu bertujuan untuk mempromosikan Islam moderat yang berkembang di Indonesia kepada dunia. Sekaligus mengusulkan kepada dunia agar wasathiyah Islam dapat dipertimbangkan untuk menjadi solusi bagi krisis peradaban dunia dewasa ini.
Jaidi mengatakan sosialisasi ini terus dilakukan MUI ke seluruh masjid-masjid di Indonesia baik yang ada di lingkungan kementerian lembaga, maupun perguruan tinggi.
Selain itu, upaya lainnya adalah memantau kurikulum ceramah para dai maupun ustadz agar menyampaikan pemahaman dan kajian-kajian yang benar sesuai tuntutan agama.
Lebih lanjut ia mengatakan MUI tidak bisa bekerja sendiri dalam upaya pencegahan paham radikalisme di masyarakat. Beberapa kerja sama telah dilakukan diantaranya dengan Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang sudah berlangsung sejak dua tahun lalu.
"MUI terus berkomunikasi dengan DMI memberikan masukan, Alhamdulillah sekarang ada perubahan sudah cukup bagus dalam mengisi ceramah ustadz di masjid-masjid yang ada di kementerian BUMN maupun pemerintah dan perguruan tinggi," katanya.
Upaya lainnya yang telah dilakukan MUI adalah membentuk lembaga khusus yakni Badan Penanggulangan Ekstrimisme dan Terorisme yang saat ini diketuai oleh Zainut Tauhid Saidi.
MUI juga telah bermitra dengan BNPT dan Kepolisian serta kementerian lainnya dalam rangka mencegah radikalisme di masyarakat.
Jaidi juga menambahkan, peran Kementerian Komunikasi dan Informatika juga perlu untuk menyaring konten-konten negatif terkait radikalisme agar tidak mudah diakses oleh masyarakat.
"Kominfo telah bersilaturahmi dengan MUI, kita bekerja sama melakukan upaya-upaya preventif," katanya.
Sementara itu Pakar Sosial dari Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati di tempat terpisah mengatakan peran tokoh agama menjadi sangat penting dalam upaya mencegah radikalisme di masyarakat.
Devie mengatakan keterlibatan tokoh agama ini sudah menjadi program dari BNPT, karena mereka yang setiap hari bisa berinteraksi dengan masyarakat dan jumlahnya menyebar di seluruh Indonesia.
"Peran tokoh agama memang perlu dirangkul dan dilibatkan," katanya.
Devie menambahkan tokoh agama ini harus menjadi yang terdepan dalam memberikan pandangan yang inklusif yang merakul semua kalangan, agar kelompok-kelompok yang secara serius dan sistematis menyebarkan ajaran radikalisme itu bisa dicegah penyebarannya.
Baca juga: MUI Garut ajak masyarakat tetap jaga perdamaian setelah putusan MK
Baca juga: MUI Cianjur kutuk segala tindak kekerasan dan radikalisme
Islam Wasathiyah terus disosialisasikan MUI cegah radikalisme
Selasa, 18 Juni 2019 6:29 WIB