Shanghai, China (Antaranews Jabar) - Sarang burung walet Indonesia makin dikenal dan dicari masyarakat China mengingat sejumlah persyaratan mutu dan kesehatan sudah diakui sehingga aman dikonsunsi.
"Tidak mudah pasok sarang burung ke China. Karena tahun 2010-2011 sarang burung Indonesia pernah dilarang masuk akibat saat itu Indonesia pernah diserang flu burung," kata Ketua Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPSBI) Boedi Mranata kepada pers di Shanghai, Rabu.
Hal itu disampaikan usai penyelenggaraan Forum Bisnis Indonesia-China disela penyelenggaraan China International Imort Expo (CIIE) tanggal 5-10 November 2018.
Dikatakan, industri sarang burung Indonesia awalnya adalah bisnis rumahan yang saat itu belum terlalu memperhatikan higienis dan belum bisa diekspor langsung ke China, tapi masih melalui negara ketiga.
Namun dengan semakin tingginya permintaan sarang burung ke China, maka Kementerian Perdagangan menganggap perlu adanya aturan yang jelas, khususnya dari sisi kualitas.
Bukan hanya Kementerian Perdagangan saja, tapi Badan Karantina juga dilibatkan ikut mendorong kesehatan dan kebersihan produk itu siap ekspor.
"Saat ini sarang burung yang diekspor ke China ada label khusus menandakan memenuhi syarat kesehatan," katanya.
Saat ini jumlah perusahaan sarang burung yang memiliki hak untuk ekspor ada 21 perusahaan dengan produksi setiap tahun 1.105 ton. Pihak asosiasi terus mendorong jumlah eksportir bisa bertambah sehingga bisa memenuhi permintaan ekspor.
Untuk menjaga kualitas tetap terjaga dan nama baik sarang burung Indonesia, maka perusahaan perorangan dilarang ekspor karena tidak miliki nomor registrasi serta dikhawatirkan belum bisa memenuhi syarat kebersihan.
Dia mengakui, mengingat harga sarang burung mahal maka tidak sedikit yang berupaya menyelundupkan melalui negara ketiga ke China dan ini jelas merugikan pendapatan devisa Indonesia.
Pemerintah China mengenakan pajak impor sarang burung sebesar 16 persen dan yang diekspor masih dalam bentuk clean nest atau bersih siap masak.
Dalam Forum Ekspor pengusaha sarang burung Indonesia dan China berhasil menandatangani kontrak bisnis 20 ton senilai 44 juta dolar AS, untuk penjualan November 2018-November 2019.
Mendag Enggartiasto Lukita mengatakan, sarang burung memang menjadi salah satu komoditas yang diminati masyarakat China, karena mengandung zat dan vitamin yang dipercaya baik untuk kesehatan.
"Oleh sebab itu kita juga memahami mengapa pemerintah setempat memberikan syarat ketat terhadap produk impor itu," kata Enggar.
Sarang walet Indonesia makin dicari masyarakat China
Kamis, 8 November 2018 11:32 WIB