Cirebon (ANTARA) - Perum Bulog Cirebon, Jawa Barat, menargetkan penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) mencapai 30 ribu ton hingga akhir 2025, guna menjaga ketersediaan dan keterjangkauan komoditas tersebut di wilayah kerjanya.
Kepala Perum Bulog Cirebon Ramaijon Purba mengatakan sejak pertengahan Juli 2025, pihaknya mulai menggencarkan distribusi SPHP sebagai upaya mengantisipasi lonjakan harga beras di pasar.
“Targetnya sampai akhir tahun ini sekitar 30 ribu ton. Kita mulai sejak pertengahan Juli, dan sampai sekarang sudah tersalurkan 180 ton,” kata Ramaijon di Cirebon, Rabu.
Ia menjelaskan penyaluran SPHP tidak terfokus pada satu jalur distribusi saja, melainkan melalui berbagai saluran agar mudah diakses masyarakat.
Saluran itu, kata dia, seperti toko pengecer di pasar tradisional, Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih, outlet pemerintah daerah (pemda), hingga retail modern.
"Selain itu, SPHP juga bisa disalurkan melalui gerakan pangan murah yang digelar pemda, koperasi kementerian/lembaga, TNI-Polri, dan Rumah Pangan Bulog (RPK)," ujarnya.
Penyaluran SPHP, lanjut dia, bersifat fleksibel tergantung kebutuhan dan permintaan dari masing-masing jalur distribusi. Namun dari sisi stok, Bulog memastikan pasokan cukup dan siap kapan pun dibutuhkan.
Ia menuturkan harga beras SPHP masih dijaga sesuai ketentuan pemerintah, yakni harga tebus dari Bulog Rp11.000 per kilogram dan harga jual maksimal Rp12.500 per kilogram.
“Itu tidak boleh diperjualbelikan kembali. Konsumen hanya boleh membeli maksimal dua pack per orang kalau beli di pasar,” ujarnya.
Selain menjalankan program SPHP, Bulog Cirebon pun telah menyelesaikan penyaluran bantuan pangan untuk alokasi Juni-Juli 2025 kepada masyarakat penerima manfaat.
Ramaijon menyebut total bantuan yang disalurkan, selama dua bulan tersebut mencapai hampir 10 ribu ton.
Pihaknya berharap dengan langkah ini, gejolak harga beras di tingkat konsumen bisa ditekan dan masyarakat tetap mendapat akses terhadap pangan pokok dengan harga terjangkau.
