Atik menilai spesies ini berpotensi dikembangkan sebagai sumber pangan alternatif bernilai tinggi, karena termasuk dalam kelompok jamur yang dapat dikonsumsi.
Menurutnya, pengelolaan berbasis konservasi untuk menjaga kelestarian populasi Morchella rinjaniensis di alam penting untuk dilakukan.
"Strategi pelestarian jamur ini sejalan dengan program Man and the Biosphere (MAB) UNESCO yang mendorong pengelolaan kawasan konservasi secara berkelanjutan melalui pemanfaatan zona transisi biosfer," tuturnya.
Atik berharap temuan ini dapat membuka peluang pengembangan budi daya jamur yang ramah lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
Hasil riset ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai dasar penyusunan rencana budi daya jamur Morchella di Indonesia, baik jangka pendek maupun panjang, memperkaya data keanekaragaman hayati Indonesia, dan membuka peluang baru bagi riset ekologi jamur serta pengembangan bioprospeksi di kawasan tropis.
Hasil penelitian ini telah dipublikasikan dalam jurnal internasional Mycobiology, Volume 53(4), halaman 367–378 tahun 2025, berjudul “Morchella rinjaniensis: A Novel Species of Tropical Morchella (Ascomycota, Pezizales, and Morchellaceae) Discovered in UNESCO Rinjani-Lombok Biosphere Reserve, Indonesia” oleh Retnowati et al. (2025).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Spesies baru jamur morel ditemukan di Gunung Rinjani
