Bandung (ANTARA) - Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) memperkenalkan logo baru Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Welas Asih (sebelumnya Al Ihsan), yang didominasi siluet kujang berwarna biru di tengah polemik yang terjadi.
Dedi mengatakan logo baru berbentuk dua kujang yang menopang kaligrafi berbentuk simbol palang merah itu, sarat akan simbolisme budaya dan nilai-nilai kemanusiaan.
"Ini gambar kujang dengan tiga lubang di punggungnya yang melambangkan Islam, Iman, dan Ihsan," ujar Dedi di Bandung, Rabu.
Baca juga: API Jabar titipkan surat penolakan ganti nama RSUD Al Ihsan
Baca juga: API: kasus korupsi jangan jadi dalih ganti nama RSUD Al Ihsan
Dedi mengatakan di bagian bawah dua kujang yang saling bertemu, membentuk simbol menyerupai rahim yang mewakili perempuan sebagai sumber kehidupan dan penuh cinta.
"Karena manusia lahir dengan cinta," katanya.
Simbol ini juga mencerminkan filosofi Sunda "Tri Tangtu di Buana" yang mengandung makna tiga unsur kepemimpinan "Rama, Resi, dan Prabu".
Simbol tersebut juga menggambarkan pelestarian alam, sebagaimana falsafah Sunda "Gunung kaian, lengkob kudu awian, lebak kudu sawahan".
Di atas siluet dua kujang, terdapat kaligrafi Arab berwarna hijau bertuliskan "Ar-Rahman Ar-Rahim" yang bermakna "Maha Pengasih Maha Penyayang", sekaligus menjadi dasar nama RSUD Welas Asih.
Antara siluet dua kujang dan simbol rahim, terdapat lima titik berwarna merah muda yang tersusun sejajar.
Kelima titik ini melambangkan siklus kehidupan dari lahir hingga wafat, serta menggambarkan nilai Panca Waluya yang menjadi prinsip pelayanan rumah sakit "Cageur, Bageur, Bener, Pinter, dan Singer".
Makna logo tersebut diterima oleh Ketua II Yayasan Al Ihsan, KH Olih Komarudin, yang turut hadir dalam kegiatan tersebut.
"Logo ini sangat lengkap dan menggambarkan kondisi RSUD Welas Asih saat ini," ujar Olih.
Dedi juga mengingatkan Direktur Utama RSUD Welas Asih untuk menepati janjinya membuat prasasti penghormatan bagi para pendiri Al Ihsan.
"Jangan lupa, saya titip. Letakkan di bagian depan. Tulis nama-nama mereka dengan baik, lalu kita beri apresiasi kepada keluarga mereka," tutur Dedi.
Diketahui, perubahan nama RSUD Al Ihsan menjadi RSUD Welas Asih, menimbulkan polemik dan penolakan berbagai pihak, karena Dedi dinilai merubah sejarah pembentukan rumah sakit.
Salah satunya, datang dari Aliansi Pergerakan Islam Jawa Barat (API Jabar) yang menilai Dedi menafikan sejarah pendirian RS Al-Ihsan adalah buah karya para ulama dan tokoh masyarakat yang berusaha membangun sinergi antara seluruh unsur umat Islam di Jawa Barat, baik dari kalangan ulama, mudarris, pesantren, MUI, hingga unsur pemerintah.
Ketua API Jabar Asep Syaripuddin menyebutkan Yayasan Al-Ihsan didirikan pada 15 Januari 1993 oleh enam tokoh penting Jawa Barat yang mewakili unsur ulama, tokoh dan pemerintah yaitu Drs. H. M Ukman Sutaryan, H. M A Sampoerna, H. Agus Muhyidin, KH R Totoh Abdul Fatal, Drs. KH Ahmad Syahid dan Drs. H Muhammad Soleh, MM.
Yayasan ini kemudian mendirikan Rumah Sakit Islam Al-Ihsan sebagai salah satu amal usahanya.
Peletakan batu pertama pembangunan rumah sakit dilakukan pada 11 Maret 1993, yang bertepatan dengan 17 Ramadan 1414 H — sebuah momentum penuh keberkahan. Rumah sakit ini mulai beroperasi pada 12 November 1995. Awalnya dikelola oleh Yayasan Al-Ihsan sejak 1993 hingga 2004, kemudian beralih menjadi milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2004.
Melalui Perda Provinsi Jawa Barat No. 23 Tahun 2008, sejak tanggal 19 November 2008 rumah sakit ini resmi bernama Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al-Ihsan Jawa Barat.
"Meskipun nama resminya RSUD Al-Ihsan, namun janganlah dilupakan akar sejarah dan nilai-nilai spiritual yang melandasi pendiriannya," ujar Asep.
Terbaru, API Jabar Rabu ini melakukan audiensi dengan DPRD Jawa Barat untuk menyatakan keberatannya atas pergantian nama itu, dan menitipkan surat penolakan perubahan nama fasilitas tersebut yang ditujukan ke Dedi Mulyadi.