Bandung (ANTARA) - Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Studium Generale bertajuk "Mewujudkan Ketahanan Nasional: Sinergi Generasi Muda dalam Mendukung Visi Indonesia Emas 2045", Rabu (16/4/2025), di Aula Barat, Kampus Ganesha.
Kegiatan ini menghadirkan Wakil Menteri Agama, Dr. KH Romo R Muhammad Syafii SH M Hum, dan diikuti ratusan mahasiswa secara luring dan daring melalui Zoom serta kanal YouTube ITB Official.
Sesaat setelah tiba di Aula Barat ITB, Romo Syafii sempat berkelakar dengan Prof. Dr. Ir. Tatacipta Dirgantara, M.T., yang baru saja menjabat sebagai Rektor ITB periode 2025–2030.
"Cuaca cerah hari ini menyambut kita di Bandung. Mungkin ini pertanda bahwa masa depan Indonesia juga akan cerah," ujar Romo sambil tersenyum, yang disambut tawa hangat dari Prof. Tatacipta dan pendamping.
Dalam sambutannya, Dr. Andryanto Rikrik Kusmara, S.Sn., M.Sn., selaku Wakil Rektor Bidang Komunikasi, Kemitraan, Kealumnian, dan Administrasi (WRKMAA) ITB, menekankan pentingnya forum seperti Studium Generale dalam memperluas wawasan kebangsaan mahasiswa.
Ia menyampaikan bahwa sejak 1945, Indonesia telah memikul misi besar untuk menjadi negara maju dan makmur. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, dibutuhkan peran aktif seluruh elemen bangsa—termasuk kampus, mahasiswa, dan masyarakat luas.
Dr. Rikrik menegaskan bahwa sinergi dan kolaborasi lintas sektor sangat penting untuk membangun kesadaran kolektif terhadap arah perjuangan bangsa ke depan.
“Kampus bukan hanya tempat belajar ilmu, tetapi juga ruang untuk membentuk kesadaran kebangsaan dan kontribusi nyata bagi masa depan Indonesia,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan apresiasinya atas kehadiran Wamenag Romo Syafii.
"Merupakan suatu kehormatan bagi kami, ITB, dapat menghadirkan beliau di kampus ini. Kehadiran Romo menjadi inspirasi dan pemantik dialog kebangsaan yang sangat relevan bagi generasi muda," tutur Dr. Rikrik.
Data IKN 2024 yang dirilis oleh Labkurtannas Lemhannas RI menunjukkan bahwa nilai ketahanan nasional Indonesia berada di angka 2,87, dalam kategori cukup tangguh. Dari delapan gatra utama (asta gatra), aspek sosial budaya mendapatkan nilai 2,55. Sebaliknya, demografi menempati posisi tertinggi dengan skor 3,20, mencerminkan kekuatan dari jumlah penduduk usia produktif/bonus demografi.