Bandung (ANTARA) - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Bandung mengecam aksi pemukulan oleh massa pada wartawan Kompas, Faqih Rohman Syafei, dalam demonstrasi di depan Gedung DPRD Jawa Barat, Bandung, Jumat (21/3) malam.
"Kami mengecam semua bentuk kekerasan terhadap jurnalis. Karena pada prinsipnya jurnalis ketika bertugas dilindungi oleh hukum sebagaimana UU Pers," kata Ketua AJI Kota Bandung Iqbal T Lazuardi saat dikonfirmasi di Bandung, Sabtu.
Meski demikian Iqbal juga mengingatkan dalam konteks peliputan dengan risiko tinggi, seperti meliput aksi demonstrasi yang berpotensi rusuh, jurnalis juga perlu mempertimbangkan aspek keamanan.
Mengingat dalam peliputan semacam itu yang melibatkan massa dalam jumlah besar, psikologi massa sulit dikontrol, dan akan sulit untuk memastikan apakah yang melakukan aksi kekerasan adalah yang benar-benar massa aksi demonstrasi, atau pihak-pihak lain yang memprovokasi.
"Faqih yang saya dengar saat liputan kemarin malam sudah menunjukkan identitasnya sebagai jurnalis saat diteriaki massa aksi, itu sudah tepat. Tapi psikologi massa dalam situasi itu sulit dikontrol. Tapi intinya kami sangat menyayangkan perlakuan yang diterima Faqih. Seharusnya hal tersebut tidak terjadi pada jurnalis di manapun," tutur Iqbal.
Diketahui, wartawan Kompas.com Faqih Rohman Syafei mengaku dipukuli oleh oknum dalam aksi demonstrasi penolakan UU TNI di Gedung DPRD Jawa Barat, Kota Bandung, pada Jumat (21/3) malam.
Faqih mengaku dipukuli karena dituduh sebagai intel polisi oleh oknum massa, saat dirinya tengah mengambil video suasana aksi sekitar pukul 20.15 WIB.
"Di tengah peliputan, saya mau ambil video dokumentasi, tapi tiba-tiba massa aksi yang pakai masker dan pakai baju hitam teriak-teriak ke saya dengan sebutan intel dan massa mulai mengerumuni," kata Faqih saat dihubungi.
Menghadapi situasi itu, Faqih langsung spontan menunjukkan kartu pers miliknya, dengan harapan massa bisa mengetahui identitasnya sebagai wartawan dan bukan bagian dari intel kepolisian.
Merasa suasana mulai tidak kondusif dengan adanya oknum massa yang mengerumuninya, Faqih berusaha menghindar dan berjalan ke arah depan restoran yang merupakan lokasi jurnalis lainnya berkumpul.
Namun beberapa oknum massa langsung mendekat ke arah Faqih dan memukul serta menendang dia, dengan beberapa massa sempat ada yang menghalangi.
Perilaku oknum massa tersebut sempat ditahan oleh beberapa wartawan lainnya dan pihak aparat kepolisian, namun oknum massa aksi itu tetap saja melakukan pemukulan terhadap Faqih.
"Ada massa yang ngalangin (pemukulan), tapi tetap saja, banyak yang nuduh intel sambil teriak. Saya coba kabur sambil jalan cepat ke arah restoran. Beberapa teman media menghalangi dan intel polisi juga. Saya kena pukulan dan tendangan di kepala sebelah kiri dua kali, bokong dua kali, badan enggak terlalu kerasa," tuturnya.
Saat ini kondisi Faqih dalam keadaan baik dan berada di tempat aman yang jauh dari massa yang melakukan aksi penolakan UU TNI di depan Gedung DPRD Jawa Barat. Aksi yang dilakukan Jumat (21/3), bertahan hingga pukul 20.49 WIB.