Cirebon (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyebutkan penerapan program irigasi padi hemat air (IPHA) mampu meningkatkan produksi lahan sawah di Cirebon, Jawa Barat, rata-rata hingga 2 ton per hektare gabah kering.
Menteri PU Dody Hanggodo di Cirebon, Sabtu, mengatakan bahwa program ini awalnya diterapkan sebagai percontohan di Indramayu dan kini sudah dikembangkan di Cirebon.
“Awalnya ini hanya proyek percontohan. Tapi setelah sukses di Indramayu, kami bawa ke Cirebon dengan harapan hasilnya sama. Dalam satu musim tanam, rata-rata produksinya naik 2 ton per hektare,” ujarnya.
Menurut dia, metode irigasi ini berbeda dari cara konvensional karena tidak selalu menggenangi lahan sawah. Selain lebih hemat air, sistem ini terbukti tidak mengurangi hasil panen.
Hingga saat ini, kata dia, program tersebut telah diterapkan di Daerah Irigasi (DI) Rentang seluas 88 ribu hektare dan 2 ribu hektare di lokasi lain.
Namun, ia mengakui metode ini menghadirkan tantangan baru, terutama terkit ancaman hama tikus karena lahan sawah tidak tergenang.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kementerian PU memasukkan pembangunan rumah burung hantu sebagai bagian dari program ini.
“Burung hantu akan membantu mengendalikan hama tikus secara alami. Jadi, kita bisa meminimalkan penggunaan pestisida,” katanya.
Dody menjelaskan program IPHA merupakan hasil kolaborasi antara Kementerian PU, Kementerian Pertanian dan TNI Angkatan Darat (AD). Selain penerapan di lapangan, para petani juga nantinya diberi panduan berupa buku berisi prosedur operasional standar (SOP) agar metode ini bisa diterapkan di daerah lain.
Ia menambahkan keberhasilan program ini diharapkan menjadi salah satu solusi, bagi para petani yang sering menghadapi kendala keterbatasan air untuk menanam padi.
“Semua itu (petani) tidak ada air, gagal panen. Ini salah satu solusi, bahwa dengan hemat air pun bisa maksimal," tuturnya.