Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin, ditutup merosot akibat kekhawatiran meningkatnya tensi politik antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
Pada akhir perdagangan Senin, rupiah melemah 22 poin atau 0,14 persen menjadi Rp15.867 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.845 per dolar AS.
“Apresiasi rupiah terhadap dolar AS terpangkas akibat meningkatnya kekhawatiran tensi antara AS dan Tiongkok pascapemilihan David Perdue sebagai Duta Besar AS untuk Tiongkok,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
Josua menuturkan Perdue merupakan mantan senator AS, yang cenderung keras terhadap Tiongkok.
Di sisi lain, dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang global terutama karena pernyataan hati-hati dari pejabat Fed. Presiden Fed Cleveland, Beth Hammack, menyatakan bahwa Fed saat ini berada pada titik di mana mereka harus memperlambat pemotongan suku bunga kebijakan.
Nada serupa juga datang dari Gubernur Fed, Michelle Bowman, yang mengatakan bahwa cenderung sepakat Fed bergerak hati-hati karena inflasi AS masih relatif tinggi pernyataan mereka mengisyaratkan kemungkinan dari bank sentral AS atau The Fed yang kurang agresif dalam memangkas suku bunga ke depannya, sehingga mendukung penguatan dolar AS.
Sementara itu, pasar tenaga kerja AS menunjukkan sinyal beragam karena pembacaan yang berlawanan dari tingkat pengangguran dan data Non-Farm Payroll (NFP).
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin turun ke level Rp15.861 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.848 per dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah merosot akibat meningkatnya ketegangan antara AS dan Tiongkok