Cirebon (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, memperkuat langkah mitigasi untuk menghadapi potensi bencana selama musim hujan.
“Antisipasi dilakukan melalui pemetaan wilayah rawan, kesiapan logistik, dan rencana pembangunan infrastruktur pengendalian banjir,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Cirebon Deni Nurcahya, di Cirebon, Minggu.
Baca juga: Pemkab Cirebon menginstruksikan seluruh camat bantu UMKM urus NIB
Ia mengatakan Kabupaten Cirebon menjadi salah satu daerah di Jawa Barat yang rawan terjadi bencana seperti banjir, tanah longsor, pergerakan tanah, dan angin puting beliung.
"Dari hasil pemetaan terdapat 30 kecamatan di Kabupaten Cirebon yang rawan banjir, dengan 151 desa berisiko tinggi," ujarnya.
Sebagai tindak lanjut, BPBD Cirebon telah menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi dan melakukan simulasi tanggap darurat untuk memastikan kesiapan personel serta peralatan yang digunakan dalam mitigasi bencana.
“Kami juga sudah menyiapkan logistik dan peralatan dengan dukungan dari BNPB. Langkah ini bisa mempercepat respons kami jika terjadi bencana,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa salah satu upaya mitigasi utama adalah normalisasi sungai, yang dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung di sembilan kecamatan di Kabupaten Cirebon.
Selain itu, Deni menuturkan pemerintah daerah juga sedang merealisasikan pembangunan kolam retensi di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Pasaleman, Ciledug, dan Gegesik untuk menampung debit air berlebih saat hujan deras terjadi.
“Tidak hanya banjir, angin puting beliung menjadi bencana yang sering terjadi akibat pertemuan massa udara panas dan dingin. Kecamatan Klangenan, Suranenggala, dan Kapetakan menjadi wilayah dengan risiko tertinggi,” katanya.
Lebih lanjut, dia mengemukakan BPBD kini memprioritaskan upaya mitigasi bencana di Kecamatan Beber dan Dukupuntang sebagai wilayah rawan terjadi bencana longsor.