Dengan memanfaatkan biostimulan, Jamal mengungkapkan, tanaman pangan pun menjadi organik dan berkontribusi mengurangi beban tanah yang telah tercemari oleh pestisida dan bahan kimia lainnya. Biostimulan juga mampu memberikan nutrisi mikro bagi ikan serta tanaman panganz seperti padi dan lainnya.
Inovasi tersebut menjadi jawaban atas persoalan yang dihadapi oleh Usup yang sempat mengeluhkan air bioflok budi daya sidat miliknya kotor sehingga berpengaruh pada hasil pertumbuhan ikan. Persoalan ini juga menjawab adanya pasokan rumput laut yang mulai melimpah karena masyarakat sekitar mulai tertarik membudidayakan rumput laut di tambak masing-masing.
Pemanfaatan rumput laut sebagai bahan biostimulan ini dilatarbelakangi oleh potensi rumput laut Indonesia sebesar 9,2 juta ton per tahun, sementara pemanfaatan komoditas ini untuk industri hanya sebesar 5,4 juta ton sehingga masih terdapat sekitar 3 hingga 4 juta ton rumput laut yang belum termanfaatkan alias surplus.
Usup dan Jamal lantas bersepakat untuk memanfaatkan komoditas rumput laut yang juga sebagai hilirisasi emas hijau ini sebagai biostimulan atau suplemen perikanan dan tanaman.
“Baru 3 hari langsung bagus kualitas airnya. Jadi biasanya kan airnya itu keruh karena banyak sisa pakan yang tidak terurai,” ujar Usup.
Selain ikan sidat, pihaknya juga menjajal biostimulan berbasis rumput laut pada komoditas udang hingga bandeng. Ia mengklaim hasil pertumbuhan komoditas situ lebih cepat dibandingkan dengan cara budi daya tradisional bahkan memberikan ketahanan hidup ikan budi daya (survival rate) hingga 70 persen.
“Ini 70 persen (survival rate),” kata Jamal menambahkan.
Karena terkendala dalam modal pendaftaran sebagai pupuk organik di Kementerian Pertanian, hingga kini biostimulan produksi koperasi ini dimanfaatkan secara terbatas oleh 70 anggota koperasi.
Dengan dua produk yang dihasilkan dari hilirisasi rumput laut, kini Usup menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 200 orang dan unit pengolahan produk kelautan dan perikanan berupa mi kristal dan biostimulan itu pun mampu meraup Rp7 miliar dalam setahun.
Spektrum - Memacu daya saing "emas hijau" di pesisir utara Jawa Barat
Oleh Sinta Ambarwati Selasa, 29 Oktober 2024 7:45 WIB
![Spektrum - Memacu daya saing](https://cdn.antaranews.com/cache/800x533/2024/10/28/IMG_0564.jpeg)
Seorang pekerja memanen rumput laut di sebuah tambak di kawasan Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Sabtu (5/10/2024). ANTARA/Sinta Ambar