Singkat cerita, suatu malam saat usai menyaksikan pertandingan sepak bola, ia menilik dapur miliknya untuk membuat kudapan sederhana. Ia pun terpikir untuk membuat mi instan berbahan rumput laut yang dapat dikonsumsi dengan mudah hanya dengan diseduh.
Ide yang muncul pada 2018 itu pun lantas dikembangkan menjadi mi kristal yang dapat dikonsumsi setelah diseduh dengan air panas selama 3 menit. Memasuki masa pandemi COVID-19 pada akhir 2019, Usup mengisahkan mi kristal buatannya mulai dilirik pasar yang saat itu sangat fokus pada kesehatan, salah satunya masyarakat yang tengah diet. Pasalnya, mi kristal dianggap memiliki kandungan kalori yang rendah namun tinggi serat.
Kini mi rumput laut buatannya telah dilanggani konsumen asal Jakarta Selatan yang memesan mi kristal tanpa merek (maklon). Dengan peralatan yang masih sederhana, Usup mengakui hanya mampu memenuhi pesanan mi kristal sebesar 5.500 paket per bulan dengan harga yang dibanderol sekitar Rp15.000 per cup.
Produk mi berbahan rumput laut buatannya sempat dilirik pembeli asal India, namun lagi-lagi terbentur keterbatasan peralatan produksi yakni kendala dalam proses pembekuan serta pengeringan bahan baku mi.
Dalam hilirisasi rumput laut di Karawang, Usup yang juga Ketua Koperasi Mina Agar Makmur ini menggandeng Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Bioindustri Laut dan Darat Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Jamal Basmalah mengembangkan komoditas rumput laut menjadi produk nonpangan berupa biostimulan.
Produk yang telah diteliti Jamal sejak 2012 ini sebagai bentuk pemanfaatan secara menyeluruh alias zero waste dari rumput laut. Produk ini berdasarkan riset Jamal mampu mengurai sisa pakan sehingga kualitas air sebagai media budidaya dapat terjaga sehingga berpengaruh pada pertumbuhan dan peningkatan daya tahan ikan.
“Dia itu sebagai prebiotik. Prebiotik itu kan makanan yang kita kasih ke ikan diharapkan semua dicerna. Kalau semua dicerna kan berarti fesesnya sedikit. Kalau feses sedikit, amonia sedikit, ikannya jadi bagus,” jelas Jamal.
Kini, produk biostimulan yang diproduksi di bawah naungan Koperasi Mina Agar Makmur Karawang mampu memproduksi sebanyak 1.000 liter dengan harga terjangkau.
Selain untuk budi daya perikanan, biostimulan ini juga diklaim dapat digunakan untuk semua jenis tanaman pangan dengan mencampur biostimulan dan air dengan perbandingan 1:10 atau 1 liter biostimulan dengan 10 liter air dan dapat digunakan untuk lahan seluas 10 hektare.