Teheran (ANTARA) - Angkatan bersenjata Iran mengumumkan peningkatan jumlah korban meninggal dari dua menjadi empat tentara dalam serangan udara Israel yang terjadi pada Sabtu (26/10) dini hari.
Militer Iran juga menambahkan bahwa jet tempur Israel menggunakan wilayah udara Irak yang dikendalikan Amerika Serikat (AS) untuk meluncurkan rudal jarak jauh ke sejumlah situs militer Iran.
Dalam pernyataan lanjutan yang lebih rinci, Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran menyebutkan bahwa beberapa rudal jarak jauh dengan hulu ledak ringan ditembakkan dari sekitar 100 kilometer (62 mil) di luar perbatasan Iran.
Rudal-rudal ini ditujukan pada sistem radar di provinsi perbatasan Ilam dan Khuzestan, serta di sekitar ibu kota Iran, Teheran.
Serangan dimulai sekitar pukul 2.30 pagi waktu setempat (06.00 WIB), dengan sistem pertahanan udara Iran berhasil mencegat banyak rudal di dekat Teheran yang menghasilkan suara keras.
Angkatan bersenjata Iran mengatakan bahwa, meskipun sebagian besar rudal berhasil dicegat, beberapa di antaranya tetap menyebabkan "kerusakan terbatas."
Jumlah korban meninggal akibat serangan ini naik dari dua menjadi empat orang, semuanya adalah tentara, demikian pernyataan tersebut.
“Berkat respons cepat pertahanan udara nasional kami, hanya kerusakan terbatas yang terjadi, dengan beberapa sistem radar yang terkena dampak,” demikian bunyi pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa beberapa sistem telah segera diperbaiki sementara yang lain masih dalam proses perbaikan.
Pernyataan tersebut mengecam serangan Israel sebagai tindakan "ilegal dan tidak berdasar," serta menekankan bahwa "sejumlah besar rudal telah dilacak dan dicegat," sehingga mencegah proyektil tersebut memasuki wilayah udara Iran yang lebih dalam.
Angkatan bersenjata Iran menegaskan "hak untuk mengambil tindakan yang sah dan tepat pada waktu yang tepat," sembari menekankan perlunya "gencatan senjata yang langgeng di Gaza dan Lebanon."
Mereka menuduh AS berperan "sentral" dalam mendukung "tindakan kriminal" Israel yang mengacaukan kawasan, serta meminta AS untuk "menahan rezim ilegal ini dan menghindari keterlibatan dirinya dan sekutunya dalam kubangan yang diciptakan oleh rezim penjajah tersebut."
Kementerian Luar Negeri Iran mengutuk serangan udara Israel, menyebutnya sebagai “pelanggaran hukum internasional” dan menegaskan “hak Iran untuk membela diri.”
Kementerian tersebut menegaskan kembali “kewajiban Iran untuk melawan agresi asing” di bawah hak pertahanan diri yang sah sebagaimana diatur dalam Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
AS terlibat
Misi permanen Iran di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Sabtu (26/10) menuduh Amerika Serikat (AS) terlibat dalam serangan udara Israel baru-baru ini terhadap situs militer Iran.
Misi tersebut mengeklaim bahwa pesawat tempur Israel menggunakan wilayah udara Irak yang berada di bawah kendali AS untuk melancarkan serangan tersebut.
“1. Pesawat tempur rezim Zionis menyerang beberapa situs militer dan radar Iran dari wilayah udara Irak, sekitar 70 mil dari perbatasan Iran. 2. Wilayah udara Irak berada di bawah pendudukan, komando, dan kendali militer AS. Kesimpulan: Keterlibatan AS dalam kejahatan ini sudah pasti,” demikian pernyataan misi tersebut di platform X.
Sedikitnya ada empat tentara Iran tewas pada Sabtu ketika tentara Israel menargetkan fasilitas militer Iran guna merespons serangan besar-besaran rudal balistik Iran ke Israel pada 1 Oktober.
AS menyatakan bahwa serangan Israel itu harus mengakhiri baku tembak langsung antara kedua belah pihak dan memperingatkan Teheran akan “konsekuensi” jika melakukan serangan balasan.
Seorang pejabat pertahanan AS menegaskan bahwa "tidak ada keterlibatan AS."
Pejabat militer Iran sebelumnya telah memperingatkan bahwa setiap serangan dari Israel akan dihadapi dengan “respons yang lebih keras.”
Presiden AS Joe Biden pada Sabtu menyatakan harapannya agar serangan Israel terhadap Iran ini menjadi “akhir” dari ketegangan tersebut.
Sumber: Anadolu