Menurutnya, Nucleopad dapat menjadi solusi dalam memperluas akses masyarakat terhadap teknologi diagnostik serta berkontribusi terhadap kemandirian bangsa untuk memenuhi kebutuhan alat diagnostik.
“Kami percaya bahwa inovasi ini dapat mendorong kemandirian kesehatan di Indonesia dan mengurangi ketergantungan pada impor produk diagnostik,” imbuhnya.
Yusuf memaparkan program Teaching Factory berperan penting dalam pengembangan inovasi karena menjembatani dunia pendidikan dan industri, khususnya dalam meningkatkan keterampilan sumber daya manusia (SDM).
Sinergi ini memungkinkan riset dan pengembangan produk lokal untuk memenuhi kebutuhan industri yang mendesak, seperti kebutuhan alat diagnostik yang dapat diproduksi secara mandiri di dalam negeri.
"Kerja sama kami dengan industri memungkinkan transfer teknologi yang mempercepat proses pengembangan alat diagnostik dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) yang lebih tinggi, sehingga Indonesia bisa mandiri di sektor kesehatan," kata dia.
Kolaborasi riset antara perguruan tinggi dan industri juga mengalami peningkatan berkat dukungan Program Dana Padanan dan Kedaireka yang diluncurkan sejak 2020 melalui Merdeka Belajar episode keenam.
Jumlah proposal penelitian yang diterima perguruan tinggi dari perusahaan naik dari 1.200 pada tahun 2021 menjadi 5.600 pada tahun 2023. Pendanaan penelitian pun meningkat hingga 420 persen. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan peringkat Indonesia dalam Global Innovation Index (GII) dari posisi 87 pada tahun 2021 ke-61 pada tahun 2024.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Unpad bersama mitra ciptakan alat uji cepat penyakit infeksi Nucleopad
Unpad bersama mitra menciptakan alat uji cepat penyakit infeksi Nucleopad
Jumat, 18 Oktober 2024 16:19 WIB