Antarajabar.com - Ketua Umum Pengurus Besar Paguyuban Pasundan Prof Didi Turmudzi menginginkan keberadaan suku sunda sebagai etnis terbesar kedua di Indonesia bisa semakin menasional atau dirasakan peran dan kiprahnya di kancah nasional.
"Sampai sekarang sebagai bangsa yang besar kita belum memiliki harkat dan martabat yang optimal. Begitu pun dengan Paguyuban Pasundan sebagai organisasi etnis kesukuan yang besar dan berusia tua tapi sampai saat ini belum ada pengaruhnya yang besar bagi bangsa ini. Maka kita harus berjuang untuk mengangkat harkat martabat bangsa ini," kata Didi Turmudzi usai membuka Kongres Ke-42 Paguyuban Pasundan, di Kabupaten Pangandaran, Jabar, Jumat malam.
Ia menuturkan sebagai sebuah organisasi berusia 103 tahun Paguyuban Pasundan dinilai belum dapat berbuat banyak untuk memajukan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan sejahtera.
"Sehingga kami ke depan kami ingin jadi pelegitimasi kesundaan di tanah air ini," ujar mantan rektor Universitas Pasundan ini.
Legitimasi kesundaan yang dimaksud, menurut dia, adalah setiap anggota atau pengurus Paguyuban Pasundan yang ingin memajukan bangsa harus orang yang benar-benar tahu tentang ruh sunda dibandingkan dengan yang lainnya.
"Jadi jangan sampai anggota PP (Paguyuban Pasundan) atau pengurus PP tapi dia tidak tahu soal ruh kesundaan," kata dia.
Selain itu, lanjut Didi, orang sunda juga harus mengubah prinsip "Mangga Ti Payun" (Silakan Duluan) dengan "Punten Kapayunan (Maaf Saya Mendahului" yang selama ini sering dianut oleh etnis sunda.
"Saya kira itu (Prinsip `Mangga Ti Payun` adalah sikap yang etik, ketika persaingan sehat, tapi sekarang ini saat persaingan tidak sehat maka prinsip itu adalah sebuah sikap yang mengalah akhirnya jadi kalah, itu harus diubah," kata dia.
Pihaknya menyadari untuk membangun bangsa ini dibutuhkan kebersamaan, kekuatan dan sumber daya manusia yang andal.
Namun pihaknya menyadari bahwa salah satu kekurangan yang dimiliki etnis sunda adalah krisis ikatan solidaritas kesukubangsaan.
"Krisis ikatan solidaritas kesukubangsaan, itu yang paling lemah dan dirasakan pada saat ini. Oleh karena itu, PP punya kewajiban untuk membangun ikatan solidaritas kesukubangsaan karena memang sunda itu suku terbesar kedua setelah jawa, wajar saya kira kalau bisa memberikan kontribusi optimal melalui bidang politik," ujar dia.
Kongres Ke-42 Paguyuban Pasundan yang berlangsung di Pantai Indah Resort Timur, Kabupaten Pangandaran ini diikuti oleh 500 orang dari semua cabang Paguyuban Pasundan di seluruh Indonesia dan luar negeri seperti Amerika Serikat dan Malaysia.
Paguyuban Pasundan Ingin Sunda Semakin Menasional
Jumat, 28 Agustus 2015 22:31 WIB