Meski berada di dunia yang sama, yakni panjat tebing, bukan berarti mereka tidak pernah berantem. Bahkan, keduanya justru sering berantem ketika latihan.
Kalau di pelatda memang latihannya terpisah antara tim putra dan putri, tetapi ketika di rumah mereka pasti berlatih bareng.
"Kebetulan kami punya tempat latihan sendiri di rumah. Awal-awal waktu sebelum dipanggil pelatda di Jabar kami latihan di rumah," kata Bim.
Widia pun sudah menganggap suaminya sebagai sang pelatih ketika berlatih bareng di rumah, dan Bim tentunya menginginkan yang terbaik untuk sang istri tercinta.
"Mungkin, kalau saya ngadepin (melatih, red.) orang yang cuma kenal atau apa kan biasa aja. Tapi karena istri, saya saya pengen yang terbaik. Nah, akhirnya keluar egonya," tambah Bim.
Namun, sebagai seorang perempuan terkadang muncul perasaan Widia ingin dimanja dan tak ingin dimarahi sehingga acapkali terbawa perasaan yang membuat pertengkaran.
"Jadi, lebih ke sana aja. Sisanya, setelah latihan, ya udah enggak berantem lagi. Beres latihan udah makan bareng, udah selesai," kata Widia terkekeh.
Buka klub panjat tebing
Selepas PON Aceh Sumut, mereka berkeinginan untuk rehat dan membuat semacam klub memanjat untuk umum sehingga bisa lebih memasyarakatkan olahraga tersebut.
"Kalau aku mungkin kalau punya rezeki di sini pengen bikin 'climbing gym'. Jadi, pengen ngebangun, bisa menciptakan atlet lain yang baru dan bisa membantu orang yang (ingin belajar, red.) panjat tebing," ujar Widia.
Bim pun mendukung impian istrinya itu untuk membuat semacam klub memanjat, dan sejauh ini masih mencari lokasi yang sekiranya pas.
"Apa di Bogor, ya, pokoknya masih di wilayah Jabar. Enggak tahu di mana, tapi pokoknya masih di wilayah Indonesia aja," kata Bim, seraya bercanda.
Romantisme pasutri pemanjat tebing asal Jawa Barat bersanding di atas podium
Oleh Zuhdiar Laeis Kamis, 12 September 2024 15:13 WIB