Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menerapkan program pompanisasi di lahan pertanian seluas 1.700 hektare (ha) yang berisiko mengalami kekeringan, karena musim kemarau diperkirakan masih terjadi pada September 2024.
“Dari total luas lahan itu, kami sudah melakukan intervensi pompanisasi pada 187 hektare. Tujuannya agar lahan tersebut bisa kembali produktif,” kata Penjabat (Pj) Bupati Cirebon Wahyu Mijaya di Cirebon, Rabu.
Ia mengatakan dengan pompanisasi, para petani dapat mengairi lahan pertanian dengan pasokan yang berasal dari sumber air permukaan seperti sungai, waduk dan embung terdekat.
Wahyu menyebutkan program tersebut sangat penting agar tanaman padi dan komoditas pertanian lainnya dapat tumbuh dengan baik, sehingga menghindarkan para petani dari risiko gagal panen.
“Saat ini masih ada sekitar 488 hektare lahan yang mengalami kekeringan dari total luas lahan yang sudah dipetakan. Dalam waktu dekat kami terapkan pompanisasi di lahan itu,” ujarnya.
Tidak hanya pompanisasi, kata dia, Pemkab Cirebon juga sudah memberlakukan status siaga darurat untuk mengoptimalkan upaya pencegahan terhadap risiko dampak kekeringan pada sektor lainnya.
Ia menekankan status tersebut menjadi rujukan bagi seluruh organisasi perangkat daerah (OPD), dalam mengambil tindakan untuk menangani peristiwa kekeringan di Kabupaten Cirebon.