Cirebon (ANTARA) -
Sawah-sawah biasanya menjadi hamparan tanah kering dan retak akibat musim kemarau. Kondisi ini semakin parah dengan menyusutnya aliran sungai yang menjadi salah satu sumber irigasi utama pertanian di daerah itu. Kekeringan tersebut membawa kekhawatiran akan menurunnya produksi pangan dan mengancam ekonomi perdesaan.
Tidak hanya kekeringan, ancaman lain datang dari intrusi air laut yang semakin mendekati daratan. Air asin mulai merembes ke lahan pertanian dan dikhawatirkan merusak kualitas tanah.
Semua kondisi ini pernah dialami para petani di Desa Suranenggala, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon. Sebab, daerah tersebut menjadi salah satu kawasan yang paling terdampak akibat kekeringan di musim kemarau.
Berdasarkan data beberapa tahun terakhir, sekitar 7.000 hektare sawah di Cirebon biasanya terdampak kekeringan saat musim kemarau.
Untuk wilayah pertanian yang rawan kekeringan tersebar di beberapa titik, seperti Karangwareng, Karangsembung, Kubangkarang, Lemahabang, serta Kapetakan, Gunungjati hingga Ciwaringin.
Pompanisasi
Menghadapi keadaan pertanian semacam itu, Pemerintah Kabupaten Cirebon menyalurkan program pompanisasi yang menjadi salah satu solusi andalan, sehingga perekonomian petani dapat terselamatkan.
Program dari Kementerian Pertanian (Kementan) RI itu mampu mengatasi masalah kekeringan dan berjalan efektif untuk menjaga ketersediaan pangan. Dengan program pompanisasi ini memungkinkan petani tetap bisa menanam padi, meskipun di tengah kondisi kemarau.
Pemkab Cirebon menyebutkan bahwa program pompanisasi ini dapat melindungi lahan pertanian agar tetap produktif dengan pengairan yang optimal.