Gaza City (ANTARA) - Pimpinan kelompok pejuang Palestina, Hamas, menggambarkan bahwa penunjukan Yahya Sinwar sebagai kepala biro politik pengganti almarhum Ismail Haniyeh membawa peringatan penting bagi Israel.
Sami Abu Zuhri, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan kepada Anadolu bahwa keputusan Hamas menunjuk Sinwar sebagai pemimpin kelompok itu mengandung pesan yang bisa berdampak keras bagi Israel beserta sekutu-sekutunya.
Sementara itu, pemimpin Hamas Osama Hamdan mengatakan melalui rekaman pesan bahwa penunjukan Sinwar untuk memimpin biro politik Hamas "menegaskan kembali persatuan gerakan ini dan kesadaran akan bahaya yang dihadapi."
Ia mengatakan keputusan tersebut juga menunjukkan bahwa "pembunuhan-pembunuhan oleh Israel tidak akan berhasil mematahkan gerakan perlawanan."
Yahya Sinwar ditunjuk sebagai kepala biro politik yang baru oleh Hamas pada Selasa (6/8).
Sinwar menggantikan Ismail Haniyeh, yang dibunuh di ibu kota Iran, Teheran, setelah menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran pada 31 Juli 2024.
Hamas dan Iran menuduh Israel sebagai pihak yang membunuh Haniyeh. Namun, pemerintah Israel tidak membantah ataupun mengonfirmasi bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Sinwar adalah pemimpin Hamas yang paling dicari oleh Israel.
Israel menuduh Sinwar mendalangi serangan lintas batas pada 7 Oktober tahun lalu oleh Hamas, yang mendorong Israel untuk melancarkan serangan militer yang menghancurkan Jalur Gaza serta telah menewaskan lebih dari 39.600 korban.
Sepuluh bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah krisis makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) dituduh melakukan genosida.
ICJ telah memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di Rafah --tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang, sebelum kota di Gaza selatan itu juga diserang pada 6 Mei tahun ini.
Cegah eskalasi hentikan Israel
Perdana Menteri Irak Mohammed Shia Al-Sudani mengatakan bahwa upaya mencegah eskalasi konflik di Timur Tengah sepenuhnya bergantung pada penghentian agresi Israel di Jalur Gaza dan serangannya yang meluas ke Lebanon.
Pernyataan itu ia sampaikan dalam pembicaraan telepon dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Minggu (4/8), untuk mendiskusikan perkembangan kawasan dan internasional.
Berdasarkan pernyataan dari Kantor Media PM Irak, Al-Sudani mengatakan bahwa mencegah eskalasi di Timur Tengah juga bergantung pada upaya mengekang kepala otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya.
Israel disebutnya harus menghentikan pendudukan yang dilakukan dengan menyerang negara-negara di kawasan, mengakhiri pelanggaran berulang terhadap hukum dan kedaulatan internasional, serta menghentikan upaya untuk menyebarkan konflik dan memperluas krisis.
Dalam panggilan telepon dengan Blinken, PM Al-Sudani juga memaparkan peran Irak dalam mempromosikan perdamaian dan stabilitas internasional serta mencegah konflik terkini agar tidak semakin meningkat.
Sementara itu, Blinken menyampaikan keinginan Washington agar Irak berperan dalam mengendalikan situasi di kawasan dan mencegah eskalasi dari berbagai pihak, serta melanjutkan upayanya untuk mendukung stabilitas dan perdamaian kawasan.
Seruan itu disampaikan di tengah perkiraan akan meningkatnya serangan antara Iran dan kelompok Hizbullah Lebanon di satu pihak dan Israel di pihak lain, menyusul pembunuhan pemimpin Hizbullah Fuad Shukr oleh Tel Aviv pekan lalu dan tuduhan dari kelompok pejuang Hamas Palestina dan Iran bahwa Israel membunuh kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Ibu Kota Teheran, juga pada pekan lalu.
Iran, Hizbullah, dan Hamas telah berjanji untuk merespons pembunuhan Haniyeh dan Shukr, sementara upaya internasional untuk deeskalasi terus dilakukan guna mencegah konflik meluas.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Hamas: Penunjukan Yahya Sinwar bawa peringatan untuk Israel
enunjukan Yahya Sinwar pengganti Haniyeh bawa peringatan penting untuk Israel
Rabu, 7 Agustus 2024 18:00 WIB