Sesederhana inikah titik pusat yang menjadi arah menghadap miliaran manusia di segala penjuru dunia ketika beribadah? Inikah benda yang dirindukan seluruh Muslim di seluruh penjuru dunia? Sebuah kotak hitam yang kosong. Inikah pusat agama, shalat, cinta, hidup, bahkan kematian Muslim di dunia?
Ini seperti antitesis dari imajinasi tentang sebuah bangunan spiritual yang sering disaksikan. Ka'bah jauh dari karya arsitektur buatan manusia, seperti layaknya istana nan indah, dengan langit-langit yang menutupi keheningan spiritual.
Ka'bah juga bukan karya para maestro pemahat kelas dunia yang bernilai seni tinggi. Ka'bah memang bukan karya manusia yang kemudian dijadikan berhala. Ia demikian sederhana. Ia hanya simbol rumah Tuhan yang juga rumah kemanusiaan dari segala bangsa.
Penulis termangu, seperti juga yang dialami Po, tokoh fiktif Film Kungfu Panda, yang berkelana ke penjuru dunia mencari gulungan kitab pendekar naga agar menjadi pendekar tak terkalahkan.
Hanya saja, ketika kitab tersebut diperoleh lalu lembarannya dibuka, hanya kertas putih kosong yang dia jumpai, sehingga membuatnya tidak mengerti mengapa puncak ilmu hanyalah sebuah kekosongan belaka yang sederhana.
Ka'bah begitu sederhana, tanpa warna-warni dan ornamen karena Allah yang Akbar tidak mempunyai bentuk dan warna. Tidak ada sesuatu yang menyerupai-Nya. Tidak ada pola-pola atau visualisasi Allah yang dibayangkan manusia dapat memberikan gambaran mengenai Dia.
Ka'bah yang bermakna kubus tak memiliki arah, tetapi dengan menghadapnya sesungguhnya manusia menghadap Allah. Kubus dengan enam sisi secara bersamaan menghadap ke segala arah sedangkan keseluruhan sisinya melambangkan ketiadaan arah.
Ka'bah menjadi simbol paling awal dari ketiadaan, arah sehingga di sinilah relevansi ayat Al Quran: "Timur dan Barat adalah kepunyaan Allah, kemanapun engkau menghadap sesungguhnya engkau menghadap wajah Allah" (Al Baqarah, 115).