Garut (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Garut Jawa Barat mengajak semua elemen masyarakat untuk mulai membudayakan hemat air bersih, dan juga menjaga kelestarian air dari hulu sampai hilir sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan hidup serta tersedianya air untuk kehidupan makhluk hidup.
"Jangan menghambur-hamburkan air untuk hal yang tidak perlu," kata Staf Ahli Bupati Garut Nia Gania Karyana saat menghadiri acara Seminar World Water Day yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil (Himasip) Institut Teknologi Garut (ITG) di Garut, Selasa.
Baca juga: DPRD Jabar mengajak masyarakat jaga kualitas air di Garut
Nia Gania menyatakan, budaya hemat air bersih itu merupakan bagian dari kewajiban setiap elemen masyarakat agar bijaksana dalam menggunakan air bersih hanya untuk kebutuhan inti seperti kebersihan diri, minum, dan lainnya.
Menurut dia, idealnya satu keluarga terdiri atas ayah, ibu, dan dua anak hanya membutuhkan sekitar seribu liter air setiap bulannya, namun kebutuhan air bersih itu akan lebih banyak dan boros apabila digunakan untuk mencuci kendaraan bermotor.
"Kadang-kadang hamburnya air itu karena misalnya mencuci mobil, mencuci motor, segala macam yang tidak bisa dihindari," katanya.
Ia mengungkapkan, gerakan mulai menerapkan budaya hemat air itu untuk menghadapi ancaman krisis air apabila kondisi lingkungan hidup, maupun kawasan yang menjadi tempat penampungan air sudah tidak terjaga dengan baik.
Gerakan yang perlu dilakukan oleh masyarakat, kata dia, tidak hanya menghemat air bersih, tapi juga bersama-sama dengan pemerintah menghijaukan kembali lahan kering dengan ditanami pohon agar tidak terjadi krisis air.
"Sebetulnya, memang salah satu upaya adalah tidak hanya menghemat air, tapi bisa membantu pemerintah untuk menghijaukan kembali lahan-lahan yang memang sudah kering," katanya.Ia menambahkan, pemerintah daerah mengapresiasi adanya kegiatan yang diselenggarakan mahasiswa dalam memperingati Hari Air Sedunia sebagai gerakan mengingatkan tentang pentingnya keberadaan air untuk kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya.
Gerakan menjaga kelestarian air itu, katanya, sesuai dengan yang diamanatkan Undang-Undang Nomor: 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Air dari mulai hulu sampai hilir, yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan air manusia dan makhluk hidup lainnya.
"Menurut informasi yang saya terima bahwa Garut itu akan mengalami krisis air di tahun 2045, sehingga acara seperti ini, itu bagian dari mengingatkan 'stakeholder' untuk bisa mengantisipasi atas kekurangan yang akan terjadi," katanya.
Baca juga: Pemprov Jabar: 10.000 pompa air untuk atasi kekeringan lahan