"Ada gejala lereng lengkung curam yang merupakan tanda-tanda di masa lalu pernah terjadi longsor atau runtuhan batuan bisa diakibatkan gempa bumi maupun hujan, atau gempa yang disusul dengan hujan," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Selasa.
Pada 29 April 2024 Dwikorita meninjau desa terdampak gempa bumi berkekuatan 6,2 magnitudo di Kabupaten Garut. Desa Sukawangi yang berada di ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut mengalami retakan.
BMKG bergerak cepat melacak kemungkinan adanya gejala baru yang mengindikasikan potensi longsor. Meskipun saat ini belum ditemukan tanda-tanda baru, kata dia, namun potensi retakan yang masih bergerak memperlihatkan situasi belum sepenuhnya aman.
"Langkah-langkah mitigasi yang tepat perlu diambil," kata Dwikorita.
Lebih lanjut dia menekankan pentingnya kewaspadaan bagi masyarakat, terutama saat terjadi hujan. Warga yang tinggal di dekat lereng diminta untuk mengungsi sementara saat hujan deras terjadi untuk menghindari potensi bahaya longsor.
Berbagai upaya itu dilakukan untuk memastikan keselamatan warga dan mencegah terjadinya korban jiwa atau kerugian material.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG ungkap ada retakan di lereng pasca-gempa Garut, potensi longsor