Setelah terlibat dalam proyek, para nelayan tambak ini juga memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang penting dalam melanjutkan pembangunan pembangkit listrik energi terbarukan serupa di lokasi-lokasi lain di Indonesia.
Jadi, setelah membangun PLTS Terapung Cirata ini para tenaga yang terlibat termasuk nelayan tambak sudah langsung banyak terpencar ke proyek-proyek PLTS terapung lain di Indonesia.
Bangun infrastruktur serupa
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi menyampaikan keberhasilan Indonesia dalam membangun PLTS Terapung Cirata itu mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan pembangunan infrastruktur serupa.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN pada 2021-2030, PLTS Terapung Saguling, Jawa Barat akan memiliki kapasitas sebesar 60 MW, sedangkan PTLS Terapung Singkarak, Sumatera Barat berkapasitas 48 MW.
Menurut hasil RUPTL tersebut ada lima PLTS terapung yang akan dibangun hingga 2030, yakni di Waduk Wonogiri, Jawa Tengah, berkapasitas 100 MW, Waduk Sutami, Jawa Timur 122 MW, Waduk Jatiluhur, Jawa Barat 100 MW, Waduk Mrica, Jawa Barat 60 MW, dan Waduk Wonorejo, Jawa Timur 122 MW.
"Yang perlu kita lakukan berikutnya adalah mereplikasi PLTS terapung ini dan akan kita tingkatkan dengan begitu banyak potensi waduk di Indonesia dan pemerintah tengah aktif membangun waduk dan bendungan," kata Yudo.
Hal ini menandai bukti keseriusan Indonesia dalam menjelajahi potensi energi terbarukan. Bukan hanya sekadar pembangunan infrastruktur, tetapi juga menjadi tonggak penting dalam menginisiasi proyek percontohan serupa di lokasi waduk lainnya di Indonesia.
Langkah-langkah menuju emisi nol bersih pada 2060 tidak akan mudah, tetapi pembangunan PLTS Terapung Cirata telah menjadi bagian dari perjalanan Indonesia menuju tujuan emisi nol bersih pada tahun 2060.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PLTS Cirata menjadi tonggak masa depan energi surya di Indonesia