Di sisi lain, Bio Farma menerapkan beberapa modifikasi tanpa mengakibatkan bangunan kehilangan keasliannya atau berubah secara wujud dan gaya atau estetikanya.
Salah satunya yakni dengan penggunaan bangunan sebagai pusat administrasi perusahaan yang memungkinkan para direksi PT Bio Farma berkantor di sana atau sebagai area perkantoran.
Selain itu, perusahaan memanfaatkan sayap kanan bangunan menjadi museum yang menceritakan tentang penemuan kesehatan, wabah yang terjadi sebelum vaksin ditemukan, serta peralatan yang digunakan pada awal Bio Farma beroperasi.
Museum seluas sekitar 9 hektare ini dapat dikunjungi tamu akademikus atau instansi eksternal Bio Farma setiap dua kali dalam sepekan. Pengunjung bisa mendapatkan informasi melalui foto sketsa yang tersaji di dinding antara lain tentang pemimpin Bio Farma dari waktu ke waktu hingga video dari layar besar yang berisi peneliti perusahaan zaman dulu.
Hadirnya museum ini diharapkan memungkinkan untuk menjadi sarana pembelajaran atau penyebaran ilmu terkait sejarah perusahaan kepada khalayak publik.
Pada tahun 2018, melalui sebuah acara open house museum yang dihadiri berbagai kalangan termasuk Dinas Pariwisata dan Budaya Kota Bandung serta komunitas misalnya Indonesian Medical Literacy (IMEL), Asosiasi Museum Daerah Jawa Barat (Amida Jabar), dan lainnya, Bio Farma ingin menambahkan konsep digital tanpa melepaskan unsur edukasi pada museum.
Pengunjung nantinya dapat mengamati dokumentasi sejarah Bio Farma dari masa ke masa, hingga merasakan pengalaman digital wisata kesehatan melalui dukungan realitas virtual (VR).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Gedung Heritage Bio Farma yang tak lekang termakan waktu