Ia sempat membuat perjanjian dengan orang tuanya, hanya meminta biaya awal masuk perguruan tinggi yang saat itu sebesar Rp5 jutaan, Setelah itu, biaya kuliah berikutnya akan mencari biaya sendiri dari kepercayaan diri memiliki keahlian dalam bidang komputer.
"Alhamdulillah saya bisa mendapatkan uang dengan ikutan lomba desain dan yang paling gede hadiahnya itu membuat aplikasi aksara Sunda dari Kemendikbud," kata Yusep.
Berbagai kegiatan lomba maupun peluang bisnis lainnya dilakoni untuk bisa menghidupi diri sendiri, dan tidak terasa ketika akan lulus uang yang ditabung dari hasil ikut lomba jumlahnya cukup besar, mencapai ratusan juta.
Semangatnya untuk belajar komputer tidak cukup di sana. Ia mendapatkan beasiswa kuliah di Australia. Pertemanan semakin luas sampai akhirnya memiliki jaringan di berbagai negara. Yusep kemudian melanjutkan kuliah S2 di LIKMI Bandung.
Sehari-harinya Yusep kini berurusan dengan dunia teknologi informatika, membuat situs website, membuat aplikasi yang pesanannya datang tidak hanya dari dalam negeri tapi ada dari luar negeri.
Ia juga bersemangat membantu pelaku UMKM yang sedang merintis untuk mengembangkan usahanya dengan memanfaatkan teknologi informasi pada jaringan internet. Lembaga pendidikan pesantren pun dibantu untuk berani maju berkembang dengan kemajuan internet yang bisa memberikan manfaat bagi dunia pendidikan pesantren.
Gerakan Yusep tidak hanya membantu membuat website, tetapi mengajarkan pelaku UMKM untuk memanfaatkan berbagai aplikasi media sosial seperti Facebook, Tik Tok, Instagram maupun lainnya yang sedang ramai digunakan pengguna media sosial agar bisa mengambil peluang bagi pengembangan usaha.