Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menekankan beras yang disalurkan melalui kebijakan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dikemas dalam kemasan 5 kilogram guna mencegah penyalahgunaan.
"Kami salurkan beras SPHP itu sudah bentuk packaging 5 kiloan, sehingga masyarakat sudah pasti membeli 5 Kg, (supaya) mencegah disalahgunakan, karena berasnya kan premium," kata Budi Waseso di sela-sela kegiatan mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau Gudang Beras Bulog di Dramaga, Bogor, Jawa Barat, Senin.
Budi mengatakan sebagian pedagang ada yang menginginkan penyaluran beras Bulog dalam rangka operasi pasar itu dilakukan dengan bentuk curah.
Namun, tambahnya, berdasarkan pengalaman, penyaluran dalam bentuk curah membuka peluang penyimpangan penjualan beras dengan cara mengemas ulang dan menjual dengan harga normal atau mencampur dengan beras kualitas rendah sehingga menghasilkan beras kategori medium dan dijual kembali.
Dengan mengemas dalam kemasan 5 Kg, Budi berharap tidak akan ada penyalahgunaan; karena untuk membuka kemasan tersebut, oknum akan memerlukan biaya.
Lebih jauh, mantan kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) itu menekankan pihaknya juga telah melakukan pengecekan dan karantina terhadap beras-beras impor premium yang digunakan untuk operasi pasar. Upaya itu dilakukan guna memastikan beras yang disalurkan dalam kualitas benar-benar premium.
Senin, Presiden Jokowi meninjau dua gudang Bulog, yakni di Dramaga Bogor, Jawa Barat, dan di kawasan Sunter, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Kegiatan itu dilakukan Jokowi untuk memastikan stok beras nasional mencukupi.
"Ya, ini semua negara sedang mengalami kekeringan (akibat) El Nino, termasuk Indonesia, meskipun hanya beberapa provinsi. Oleh sebab itu, saya datang ke gudang-gudang Bulog untuk memastikan bahwa stoknya itu ada," kata Jokowi.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan bahwa kesepakatan antara pemerintah Indonesia dengan sejumlah negara mengenai sisa penugasan impor beras sebanyak 400 ribu ton sudah selesai dan tinggal menunggu kedatangan.
“Impor sudah selesai. (Asal negaranya) rahasia, yang penting sudah selesai. Berarti kita tidak impor lagi,” kata Dirut Bulog Budi Waseso di Gudang Bulog DKI Jakarta dan Banten di Kelapa Gading, Jakarta, Senin.
Pria yang akrab disapa Buwas itu menegaskan bahwa asal negara impor beras tidak jauh berbeda dengan beras impor yang sudah terlebih dahulu datang.
“Pokoknya ada lah. Itu yang sudah ada sebelumnya kan Thailand, Vietnam. Ya bisa aja dari Thailand dan Vietnam juga,” sebutnya.
Pada kesempatan berbeda, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Indonesia akan mengimpor beras dari Kamboja sebanyak 250 ribu ton. Kesepakatan tersebut tercapai usai bertemu dengan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet.
Presiden Jokowi yang sedang meninjau pembagian bantuan pangan beras di Gudang Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat itu mengatakan realisasi impor dari Kamboja dan negara-negara lainnya sedang bertahap menuju ke gudang Bulog di Indonesia.
“Paling lama, Pak Kabulog menyampaikan paling lambat November dalam perjalanan. Masa (langsung) datang, ngomong langsung udah sampai gudang,” ucap Jokowi.
Adapun per awal September impor beras yang telah terealisasi oleh Bulog sebanyak 1,6 juta ton beras dari total penugasan 2,3 juta ton. Penugasan impor tersebut terdiri atas 300 ribu ton dari sisa penugasan pada 2022 dan 2 juta ton dari penugasan 2023.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Budi Waseso jelaskan beras SPHP kemasan 5 Kg cegah penyalahgunaan