Jakarta (ANTARA) - Salah satu pilot pesawat jet tempur Rafale Kapten Rayak mengaku terdapat kendala saat menerbangkan Rafale memasuki ruang udara Indonesia dari Guam karena lalu lintas udara di Jakarta sangatlah padat.
"Saya bisa melihat tidak ada kendala atau perbedaan yang berarti. Cuman saya melihat pas mendekat Jakarta itu lalu lintas penerbangannya sangat padat," ujar Rayak di Terminal Selatan Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Rabu.
Kendati demikian, saat keluar dari Jakarta, lalu lintas udara menjadi tidak begitu padat.
Saat ditanya ANTARA terkait kualitas udara dan polusi di Jakarta yang tergolong buruk di dunia, ia mengatakan dapat melihat dengan jelas polusi udara saat terbang di langit Jakarta, tapi tidak menjadi kendala apalagi sampai mengganggu jarak pandang.
Sementara itu, Rayak menuturkan untuk menerbangkan pesawat jet tempur Rafale, pilot pemula maupun berpengalaman harus benar-benar memenuhi kualifikasi dalam menerbangkan pesawat yang telah dilengkapi berbagai peralatan canggih itu.
"Untuk pilot muda yang pendidikan, pelajar, selama delapan bulan sebelum dia bisa menerbangkan Rafale di dalam satu skuadron. Tetapi, untuk pilot yang sudah berpengalaman, biasanya itu memakan waktu tiga bulan dan dia bisa terbang secara operasional," tambah Rayak.
Sebelum menerbangkan Rafale, Rayak mengaku juga pernah menerbangkan pesawat tempur Dassault Mirage 2000-D. Dia menilai secara umum cara menerbangkan kedua jet tempur itu hampir sama, tapi tetap ada perbedaan.
Mengenai perbedaan Mirage dan Rafale, dia menyebut terdapat pada mesinnya. Rafale berada satu tingkat di atas Mirage dengan dilengkapi dua mesin yang canggih dan juga dapat membawa senjata bom dua kali lipat lebih banyak dari Mirage.
Pilot pesawat tempur Rafale mengakui lalu lintas ruang udara Jakarta sangat padat
Kamis, 27 Juli 2023 9:30 WIB