Faktor lainnya, kata dia, adalah rantai pasok di mana toko ritel mendapatkan ayam yang sudah dipotong dari distributor langsung dan tinggal dijual, sedangkan di pasar tradisional alurnya lebih panjang.
"Biasanya kurang dari 1 kg, seperti 0,8 kg atau 0,9 kg beratnya, dan rantai pasoknya pertama mereka dapat dari peternak, kemudian dari distributor. Di pasar ada bandar lagi, dari bandar baru ke pengecer. Dari distributor ke bandar pasti ambil untung lagi. Makanya bisa terjadi perbedaan," ujarnya.
Berbeda dengan cabai. Ia menjelaskan cabai yang dijual di toko ritel lebih mahal karena kualitasnya sudah dipilih yang bersih dan dikemas dengan baik yang berbeda dengan cabai yang ada di pasar tradisional.
Untuk mengembalikan kestabilan harga daging ayam dan cabai, Meiwan menuturkan sampai saat ini pihaknya masih terus memantau harga dan ketersediaan.
"Ketersediaan dulu yang kita pastikan aman sambil kita memantau pergerakan harganya. Kami juga terus berkoordinasi dengan pihak distributor ayam dan cabai, serta daerah penghasil. Kenaikan daging ayam dan cabai bukan hanya di Kota Bandung, tapi rata hampir di semua daerah," tuturnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemkot Bandung: Soal pakan penyebab harga daging ayam belum turun