Garut (ANTARA) - Sore itu bisa menjadi puncak kemarahan pimpinan utama di Kepolisian Resor Garut AKBP Rio Wahyu Anggoro saat memimpin langsung operasi pemberantasan premanisme di wilayah perkotaan Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (14/6/2023) sore.
Dia marah karena sehari sebelumnya ada anggota Polri yang dikeroyok secara brutal oleh sejumlah preman.
Kemarahannya ditunjukkan dengan nada tegas kepada seluruh orang yang terjaring dalam operasi premanisme itu untuk jalan jongkok dan dibariskan dengan posisi tetap jongkok, tidak boleh duduk di aspal.
"Jalan jongkok, siapa suruh berdiri. Hai, jangan duduk, semuanya jongkok," teriak Kepala Kepolisian Resor Garut sambil menatap satu per satu sebagian preman yang jongkok di hadapannya.
Ketegasan berbicara dan wajah yang menunjukkan marah itu terus ditunjukkannya di hadapan para preman yang jongkok, bahkan sejak preman itu diturunkan dari truk Dalmas.
Banyaknya preman yang diamankan itu, membuat Kapolres Garut meminta semua perwira di kantor maupun anggota lainnya yang sedang berada di Pos Jaga Markas Polres Garut, datang melakukan penjagaan mengamankan 81 preman yang terjaring dalam operasi tersebut.
Jumlah preman yang terjaring itu bisa jadi paling banyak dalam dekade beberapa kali berganti Kepala Polres Garut.
Mereka diangkut dari berbagai lokasi yang disinyalir menjadi tempat melakukan aktivitas premanisme seperti pemalakan, pungutan parkir liar, maupun aksi lainnya yang mengganggu keamanan dan ketertiban umum sehingga membuat masyarakat resah.
Preman itu diamankan di wilayah perkotaan Garut, yakni di Kecamatan Tarogong Kaler, dan Garut Kota yang diangkut langsung menggunakan dua truk Dalmas Polres Garut untuk didata, dibina, dan diperiksa semuanya, serta diproses hukum apabila ada pelanggaran pidana.