Bandung (ANTARA) -
"Indeks harga konsumen (IHK) yaitu 0,32 persen dan 4,17 persen untuk year on year (YoY) dan merupakan inflasi yang terendah di Jawa Barat. Kemudian penyumbang inflasi terbesar di Kota Bandung masih pada kebutuhan komoditas daging ayam ras dengan bobot sebesar 0,03 persen," kata Tubagus dalam rapat pengendalian inflasi di Bandung, Rabu.
Meski demikian, ia berpendapat angka tersebut masih tinggi karena kurangnya pasokan dari para peternak pada saat libur lebaran, sehingga menghambat kelancaran distribusi pengiriman pasokan pangan ke Kota Bandung.
Tak hanya itu, ia menambahkan dalam menghadapi fenomena El Nino yang bisa berpengaruh dan pasca pencabutan status COVID-19 oleh WHO diperlukan juga strategi yang dapat diimplementasikan oleh Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Bandung untuk menjaga ketahanan pangan dan pengendalian inflasi di Kota Bandung.
"Peran aktif TPID dan sinergitas pengurusnya di Kota Bandung ini diharapkan mampu menjaga tren inflasi yang saat ini sudah membaik di kota Bandung," ucapnya.
Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Jabar Kibti Hartiyanti dalam rapat tersebut, menuturkan kondisi terbaru mengenai indikator perbaikan ekonomi global, di mana Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global di tahun 2023 itu dapat mencapai 2,6 persen.
"Triwulan pertama 2023 ini tumbuh 5 persen. Kondisi ini lebih baik dari triwulan IV tahun 2022 yang sebesar 4,61 persen," tuturnya.
Ia mengungkapkan inflasi gabungan dari tujuh kota IHK di Jawa Barat per April 2023, menunjukkan hasil yang membaik. Bank Indonesia memperkirakan inflasi akan kembali kepada rentang sasaran 3 persen pada akhir 2023.