Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Kamis, menguat setelah bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed menaikkan suku bunga acuannya.
Rupiah pada Kamis ditutup naik tujuh poin atau 0,05 persen ke posisi Rp14.685 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.692 per dolar AS.
"Kekhawatiran pasar soal krisis perbankan AS dengan kenaikan suku bunga acuan AS kali ini juga bisa menjadi pemicu pelemahan dolar AS," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis.
Federal Reserve AS atau The Fed pada Rabu (3/5/2023) menaikkan kisaran target suku bunga dana federal atau suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5-5,25 persen. Fed menegaskan "tetap sangat memperhatikan risiko inflasi."
Kenaikan suku bunga Fed kali ini adalah yang kesepuluh sejak Maret 2022. Dikatakan, pengetatan kebijakan moneter yang berkelanjutan sejalan dengan ekspektasi pasar. Namun, ada seruan untuk jeda kenaikan suku bunga karena inflasi AS mereda baru-baru ini dan risiko resesi meningkat.
Ariston menuturkan bank sentral AS akan terus mengevaluasi kondisi ekonomi AS untuk menentukan kebijakan moneter selanjutnya.
The Fed juga mengisyaratkan akan menghentikan kenaikan lebih lanjut, memberikan waktu kepada para pejabat untuk menilai dampak dari kegagalan bank baru-baru ini, menunggu penyelesaian kebuntuan politik atas plafon utang AS dan memantau inflasi.
Kekhawatiran sektor perbankan telah menjadi lazim, setelah regulator AS pada Senin (1/5/2023) menyita First Republic, lembaga keuangan besar AS ketiga yang gagal dalam dua bulan terakhir, dengan JPMorgan Chase & Co setuju untuk mengambil 173 miliar dolar AS dari pinjaman bank, 30 miliar dolar AS dari sekuritas dan 92 miliar dolar AS simpanan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah menguat setelah bank sentral AS naikkan suku bunga