Wanita tangguh adalah mereka yang berjiwa kompetitif dan mampu menunjukkan eksistensinya tanpa meminta fasilitas kemudahan termasuk afirmasi kesetaraan gender. Program pemberdayaan perempuan secara tidak langsung seperti menasbihkan bahwa perempuan memang tidak berdaya.
Mungkin juga tak harus mengiba untuk memperoleh kuota keterwakilan perempuan dalam kancah pemerintahan atau politik. Cukup menyibukkan diri dengan meningkatkan kapasitas dan kompetensi diri juga terus memperbarui keterampilan dan keahlian agar senantiasa selaras dengan kebutuhan zaman. Dengan itu, berbagai peluang dan kesempatan akan datang menghampiri.
Erni Guntarti, istri mendiang Tjahjo Kumolo Menteri PAN&RB, yang pernah memimpin Dharma Wanita Persatuan pernah menyebut “Setiap perempuan terlahir unik dan spesial”.
Dengan kelebihan yang dimiliki itu, perempuan dapat memanfaatkan untuk (bukan saja) mencapai level setara dengan pria, bahkan mampu melesat melampauinya. Kekuatan internal dalam diri perempuan akan lebih efektif digunakan untuk bekal memenangkan pertarungan dalam dunia kerja, usaha ataupun kehidupan sosial dari pada mengharapkan sokongan afirmasi dari pihak luar.
Dalam sebuah kompetisi, setiap peserta akan diberlakukan syarat dan ketentuan yang sama demi memenuhi unsur fairness untuk melahirkan sang juara sejati.
Bila wanita berhasil memenangi pertarungan dalam kancah politik, pemerintahan, atau kehidupan sosial, namun berkat dukungan afirmasi berlabel kesetaraan gender yang memfasilitasinya banyak kemudahan, lantas kebanggaan apa yang dapat dipetik dari capaian dengan sedikit perjuangan itu?
Lebih dari itu, setelah menduduki jabatan publik, yang ditunggu adalah bukti konkret mereka atas jejak yang ditinggalkan dalam membangun peradaban, termasuk mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menggapai kesetaraan tanpa menuntut diistimewakan