Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama Perum LKBN ANTARA Meidyatama Suryodiningrat yang biasa dipanggil Dymas mengatakan esensi pemikiran dari seorang RA Kartini bukanlah terkait pada persoalan derajat perempuan, akan tetapi emansipasi bagi semua kaum yang dilemahkan dan menjadi minoritas.
Sosok RA Kartini juga ikut meletakkan pondasi Kebhinekaan dan toleransi dalam arti yang lebih dalam, yaitu persamaan derajat bukanlah hanya persoalan hidup berdampingan tetapi bagaimana kaum mayoritas bisa melindungi dan mengangkat yang lemah, ujar Meidyatama pada pembukaan talkshow “Bermedsos Asyik dengan AKHLAK” yang diselenggarakan Puan Teruna ANTARA di Jakarta, Senin.
“Ini termasuk nilai yang terkandung dalam tempat kerja yang aman bagi semua,” ucapnya.
Perjuangan seorang RA Kartini, yang berjuang melalui pikiran dan tulisan, serupa dengan yang dilakukan oleh LKBN ANTARA. Menurut Dymas, ANTARA berbeda dengan media lainnya yang mana saat didirikan bukanlah aktualisasi dari jurnalistik akan tetapi bentuk perjuangan kemerdekaan Indonesia.
“Hingga saat ini, telah menjadi cita-cita ANTARA untuk menyebarkan kebesaran karya an kata demi kebaikan bangsa,” kata Dymas.
Kemerdekaan Indonesia direbut dengan darah dan keringat, namun kedaulatan Indonesia diraih melalui jalur diplomasi. Gagasan kebangsaan dipicu oleh pikiran dan tulisan. Dalam embrio sebuah revolusi para pemikir, akademisi dan wartawan yang pertama kali ditangkap oleh pemerintah kolonial.
“Bagi Peringatan Hari Kartini, maknanya sama dengan Hari Kebangkitan Nasional, sama hal makanya dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Peringatan-peringatan itu menyadarkan kita bahwa membelenggu pikiran dan kita, bukanlah rantai atau ancaman senjata, tetapi pikiran itu sendiri,” imbuh dia.