"Saat itu belum terbayang ada pesawat F16 yang canggih karena hanya diminta foto profil anggota di hanggar. Saat datang ke sana, wah aku kaget ternyata Indonesia punya pesawat tempur F16. Saat itu aku mulai coba-coba memotret latihan terbang dan langsung tertarik karena keren sekali," jelasnya.
Berawal dari lanud di Magetan itulah ketertarikan Sasan untuk memotret pesawat terbang semakin tak terbendung. Dari mulut ke mulut, profil Sasan sebagai seorang perempuan fotografer jempolan spesialis dunia militer mulai tersebar di kalangan matra udara.
Apalagi belakangan banyak anggota Skadron 3 Lanud Iswahjudi yang sudah menjadi komandan satuan di tempat bertugas baru. Melalui jejaring itulah, Sasan bertualang dari satu skadron ke skadron lain untuk memenuhi panggilan jiwa memotret.
"Sekarang sepertinya status aku sudah jadi fotografer resmi Angkatan Udara karena selalu dimintai memotret dari Dinas Penerangan. Padahal, dulu nggak terpikir akan menjadi fotografer Angkatan Udara," paparnya.
Darat dan udara
Dalam menekuni profesi, Sasan tidak hanya mengabadikan pesawat terbang dari darat melainkan harus turut terbang di udara. Maka, duduk sambil menanti momentum tepat dari ekor pesawat Hercules bukan merupakan hal canggung bagi Sasan.
Salah satu pesawat tempur yang pernah diabadikan Sasan dari udara adalah Super Tucano milik Skadron Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang.
"Kalau pesawat F16 tidak bisa difoto dari Hercules, harus lebih tinggi lagi. Sementara, sekarang ini ada ketentuan yang melarang sipil untuk naik ke pesawat tempur," jelasnya.