Depok (ANTARA) - Guru Besar Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) Prof. Dr. Paulus Wirutomo, M.Sc. menyatakan ada tiga kekuatan yang mendukung tumbuhnya budaya literasi di Indonesia.
"Pertama, elemen struktural, yaitu pemerintah, yang memberikan panduan dan dorongan kepada masyarakat agar terbiasa dengan budaya literasi," kata Prof. Paulus Wirutomo di kampus UI Depok, Selasa.
Kedua lanjut dia elemen kultural masyarakat yang dapat membangkitkan kembali tradisi lama, seperti mendongeng. Ketiga, elemen proses sosial yang merupakan kolaborasi antarlembaga seperti perpustakaan sebagai learing-hub agar perpustakaan tidak hanya menjadi tempat untuk menyimpan buku.
"Transformasi perpustakaan saat ini begitu dahsyat, tetapi di lapangan masih belum terasa oleh masyarakat. Oleh karena itu, saya kecewa mengapa pembudayaan literasi hanya sampai tahun 2045 seharusnya masih bisa terus berlanjut," ujar Prof. Paulus.
Sementara itu Peneliti Kluster Riset Pendidikan dan Transformasi Sosial, Kajian LabSosio, Departemen Sosiologi, Dr. Indera Ratna Irawati Pattinasarany mengatakan di sekolah, literasi masih dikenal dan dimaknai secara terbatas serta kurang dimanfaatkan oleh siswa dan guru, sedangkan di lingkungan rumah, orang tua dan masyarakat tidak terbiasa berkegiatan literasi.