Bandung (ANTARA) - Guru Besar Kedokteran Nuklir Universitas Padjadjaran (Unpad) Achmad Hussein Kartamihardja menyebut paparan radioaktif Cesium-137 mengandung bahaya senyap yang memicu kanker dan gangguan saraf.
Dalam keterangannya di Bandung, Kamis, Achmad mengatakan Cesium-137 berpotensi menimbulkan dua jenis efek yakni deterministik dan stokastik.
Efek deterministik seperti luka bakar pada kulit bisa muncul dalam waktu singkat, namun yang lebih dikhawatirkan adalah efek stokastik yang bekerja secara diam-diam dan jangka panjang.
"Paparan radiasi bisa menyebabkan sel-sel tubuh tidak mati, tapi terus membelah seperti sel kanker," kata Achmad.
Cesium-137, menurut Achmad, meniru karakteristik kalium, sehingga dapat masuk ke dalam sel tubuh dan menyebar ke sumsum tulang, mempengaruhi sistem kekebalan, menurunkan jumlah sel darah putih dan trombosit, hingga memicu kanker darah.
Selain itu, lanjutnya, jika menyebar ke saluran pencernaan, paparan Cesium-137 (Cs-137) itu dapat menyebabkan mual, muntah, diare, dan dehidrasi.
"Kalau sudah sampai ke otak, gejalanya bisa sangat berat: kejang-kejang, disorientasi, hingga koma dan kematian dalam hitungan jam atau hari," ujarnya.
Achmad menegaskan Cesium-137 memiliki waktu paruh (half-life) sekitar 30 tahun. Artinya, senyawa radioaktif ini bisa bertahan sangat lama di dalam tubuh manusia.
"Mereka yang terpapar tentu diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui dampak terhadap darah dan sistem reproduksi. Tapi yang pasti, meskipun terpapar, mereka tidak akan menularkan ke orang lain," ucapnya.
Diketahui, sebanyak sembilan orang dinyatakan positif terpapar radioaktif Cesium-137 setelah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memeriksa 1.562 pekerja dan warga di sekitar Kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Banten.
