Singapura (ANTARA) - Harga minyak sedikit lebih rendah di perdagangan Asia pada Rabu sore, setelah merosot di sesi sebelumnya, terbebani oleh kekhawatiran tentang permintaan yang lemah karena keadaan ekonomi global dan meningkatnya kasus COVID di China.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret terpangkas 43 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 81,67 dolar AS per barel pada pukul 07.00 GMT. Minyak mentah berjangka AS tergelincir 39 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 76,54 dolar AS per barel.
Kedua harga acuan anjlok lebih dari 4,0 persen pada Selasa, dengan Brent menderita kerugian satu hari terbesar dalam lebih dari tiga bulan.
"Tanda-tanda peringatan resesi global, pemulihan China yang lesu dengan melonjaknya kasus COVID-19, penguatan baru dalam dolar AS, dan sentimen risiko yang melemah adalah semua katalis yang menjaga harga minyak tetap terkendali dalam semalam," kata Yeap Jun Rong, analis pasar di IG, dalam sebuah catatan.
Pemerintah China juga meningkatkan kuota ekspor untuk produk minyak sulingan pada gelombang pertama untuk tahun 2023, menandakan ekspektasi permintaan domestik yang buruk.
Eksportir minyak utama Arab Saudi mungkin akan memangkas harga lebih lanjut untuk minyak mentah kelas Arab Light andalannya ke Asia pada Februari, setelah ditetapkan pada level terendah 10 bulan untuk bulan ini, karena kekhawatiran kelebihan pasokan terus membayangi pasar.
"Pasar masih mengkhawatirkan dampak faktor makro seperti tekanan penurunan ekonomi," kata analis dari Haitong Futures.
Ketua Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan bahwa sebagian besar ekonomi global akan mengalami tahun yang sulit pada 2023 karena mesin utama pertumbuhan global - Amerika Serikat, Eropa, dan China - semuanya mengalami aktivitas yang melemah.