Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah akan bergerak menguat sesuai dengan faktor fundamentalnya saat ketegangan dan gejolak global mereda.
"Faktor fundamental tersebut yakni pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi, inflasi yang rendah, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang menarik, dan dukungan stabilitas eksternal yang terjaga," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Jakarta 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.
Stabilitas eksternal yang terjaga tercermin dari perkiraan transaksi berjalan yang akan seimbang pada tahun depan, setelah tahun ini menghadapi surplus yang didukung oleh kinerja ekspor yang baik, katanya.
Neraca modal juga akan mengalami surplus yang berasal dari penanaman modal asing dan potensi masuknya investasi portofolio, sehingga pada akhirnya akan mendukung peningkatan cadangan devisa.
Meski saat ini cenderung terdepresiasi, Perry Warjiyo menilai stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga karena didukung oleh komitmen BI yang tinggi untuk terus menjaga stabilitas kurs Garuda.
Dari sisi kebijakan moneter, lanjutnya, untuk menurunkan inflasi dan melakukan stabilitas rupiah, tiga instrumen BI terus semakin dioptimalkan. Pertama, kebijakan suku bunga acuan yang frontloaded, pre-emptive, dan forward looking secara terukur untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini masih tinggi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasarannya.
Bank sentral memproyeksikan inflasi inti akan turun ke bawah level 4 persen pada semester I 2023 sehingga masuk dalam target dua sampai 4 persen pada tahun depan.
Instrumen kedua, lanjutnya, yaitu kebijakan stabilisasi rupiah akan terus dilakukan untuk memitigasi tekanan global, sehingga triple intervention akan terus dilakukan baik di pasar spot, pasar Domestic Non Delivery Forward (DNDF), maupun transaksi SBN di pasar sekunder.
"Stabilitas nilai tukar rupiah sangat penting untuk memitigasi imported inflation guna menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta tentu saja mendorong pemulihan ekonomi kita," tuturnya.
Kemudian, lanjutnya, instrumen ketiga yaitu koordinasi erat dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk memastikan kenaikan imbal hasil SBN, khususnya jangka panjang, tidak berlebihan dan tetap terjaga untuk pembiayaan fiskal, menarik investor asing masuk, dan menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Oleh karena itu BI akan terus mengoptimalkan twist operation dengan melakukan penjualan SBN tenor jangka pendek dan melakukan pembelian SBN tenor jangka panjang.
Masih Waspada Global
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengingatkan Indonesia harus senantiasa waspada karena dunia saat ini masih bergejolak akibat lima permasalahan global yang perlu dihadapi ke depannya.
"Kelima permasalahan ini memang sebagai dampak dari berlanjutnya perang Rusia dan Ukraina, perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, maupun masih terganggunya mata rantai pasokan global," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Jakarta 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu.
Ia membeberkan permasalahan pertama adalah pertumbuhan ekonomi dunia yang akan menurun atau slow growth, serta peningkatan risiko resesi di AS dan Eropa. Kemudian permasalahan kedua yaitu inflasi global yang sangat tinggi karena harga energi dan pangan global masih tinggi.
Permasalahan ketiga, lanjutnya, adalah suku bunga bank sentral global yang tinggi untuk waktu yang lama. Adapun suku bunga Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed), diperkirakan dapat mencapai lima persen dalam merespons inflasi dan kemungkinan akan tetap tinggi selama tahun 2023.
Perry Warjiyo melanjutkan permasalahan keempat yang perlu diwaspadai yakni sangat kuatnya dolar AS yang menimbulkan tekanan atau depresiasi terhadap berbagai mata uang dunia, termasuk rupiah.
BI mencatat nilai tukar rupiah sampai dengan 16 November 2022 terdepresiasi 8,65 persen dibandingkan dengan level akhir 2021 (year-to-date/ytd).
Selanjutnya, kata dia, permasalahan kelima adalah cash is the king atau fenomena uang tunai lebih berharga dari instrumen investasi lainnya saat ini.
"Para investor global karena tingginya persepsi risiko menarik dananya dari emerging market atau negara pasar berkembang dan memindahkannya ke aset-aset likuid yang tentu saja untuk menghindari risiko," ujar Perry Warjiyo.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BI perkirakan rupiah bakal menguat ketika ketegangan global reda
BI perkirakan kurs rupiah akan menguat saat gejolak global mereda
Rabu, 14 Desember 2022 13:30 WIB