Permasalahan ketiga, lanjutnya, adalah suku bunga bank sentral global yang tinggi untuk waktu yang lama. Adapun suku bunga Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed), diperkirakan dapat mencapai lima persen dalam merespons inflasi dan kemungkinan akan tetap tinggi selama tahun 2023.
Perry Warjiyo melanjutkan permasalahan keempat yang perlu diwaspadai yakni sangat kuatnya dolar AS yang menimbulkan tekanan atau depresiasi terhadap berbagai mata uang dunia, termasuk rupiah.
BI mencatat nilai tukar rupiah sampai dengan 16 November 2022 terdepresiasi 8,65 persen dibandingkan dengan level akhir 2021 (year-to-date/ytd).
Selanjutnya, kata dia, permasalahan kelima adalah cash is the king atau fenomena uang tunai lebih berharga dari instrumen investasi lainnya saat ini.
"Para investor global karena tingginya persepsi risiko menarik dananya dari emerging market atau negara pasar berkembang dan memindahkannya ke aset-aset likuid yang tentu saja untuk menghindari risiko," ujar Perry Warjiyo.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BI perkirakan rupiah bakal menguat ketika ketegangan global reda
BI perkirakan kurs rupiah akan menguat saat gejolak global mereda
Rabu, 14 Desember 2022 13:30 WIB