Kerusakan lahan sawah terbagi atas tiga kategori, rusak berat 79 hektare, rusak sedang 88 hektare, rusak ringan 150 hektare.
Lahan sawah tersebut berada di 13 wilayah kecamatan, di antaranya Kecamatan Cianjur (Desa Mekarsari dan Nagrak), Kecamatan Karangtengah, Kecamatan Warungkondang, Kecamatan Cilaku, Kecamatan Gekbrong.
Lahan sawah yang paling banyak mengalami kerusakan berada di episentrum gempa di Kecamatan Cugenang, tersebar di Desa Gasol, Cijedil, Sukajaya, Talaga, Padaluyu, dan Cibulakan seluas 167 hektare.
Lahan sawah yang rusak juga terdeteksi di Kecamatan Cibeber, Kecamatan Sukaluyu, Kecamatan Sukaresmi, Kecamatan Pacet, Kecamatan Bojong Picung, Kecamatan Cikalong Kulon, dan Kecamatan Mande di Desa Kutawaringin, Mekarjaya, dan Bobojong.
Selain kerusakan areal pertanian, kata Dandan, turut didata kerusakan saluran irigasi sepanjang total 175 meter, bangunan air parit rusak berjumlah empat unit, bangunan penyuluh pertanian terdampak di Kecamatan Mande, Cianjur, dan Cugenang.
"Dampak kerusakan ini kami amati berdasarkan penampakan visual sawah, seperti retak dan tanaman tertimbun longsor dan pergerakan lahan ada yang bergeser cukup lebar," katanya.
Dandan memastikan gempa bumi bermagnitudo 5,6 yang diikuti gempa susulan dalam sepekan terakhir tidak memengaruhi situasi pasar beras Cianjur yang terkenal sebagai lumbung padi.
"Posisi tanaman padi di Cianjur masih di 45 hari hingga 1,5 bulan masa tanam, relatif minim perlakuan. Karena sekarang sedang posisi vegetatif. Beda dengan fase generatif menjelang panen. Artinya dampak kerugian pasti besar," katanya.
Selain itu, produksi padi di Kabupaten Cianjur pada saat ini mencapai 200 persen dari jumlah kebutuhan masyarakat sekitar maupun luar Kabupaten Cianjur.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Petani Cianjur korban gempa masih trauma kembali ke sawah
Petani Cianjur korban gempa mengaku masih trauma kembali ke sawah
Rabu, 30 November 2022 14:38 WIB