"Saat ini kami sedang melakukan penelitian untuk mengetahui apa sih sebetulnya yang menyebabkan gangguan ginjal akut ini. Diduga penyebab gagal ginjal itu salah satunya keracunan, bisa dari makanan, minuman, dan obat-obatan," kata Mohammad Syahril di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan, Kemenkes bersama Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI masih mengembangkan sejumlah kemungkinan lain penyebab gangguan ginjal akut.
"Kandungan obat sirop harus betul-betul diteliti untuk mengetahui mana yang bisa menyebabkan keracunan pada ginjal. Setelah hasil penelitian keluar, BPOM punya tanggung jawab untuk mengevaluasi," katanya.
Di sisi lain, pemerintah sudah menjalankan beberapa kebijakan untuk mencegah penambahan korban gangguan ginjal akut.
Syahril mengatakan, pemerintah sudah menghentikan sementara penggunaan obat sirop untuk anak sebagai langkah cepat untuk mencegah kasus baru.
"Untuk yang sudah sakit, kami melakukan tindakan salah satunya dengan hemodialisa dan pemberian antidotum, zat penawar," ujarnya.
Dia mengatakan, 10 dari 11 pasien gangguan ginjal akut yang dirawat di RSCM semakin membaik setelah diberi Antidotum Fomepizole. Pemberian Fomepizole sesuai rekomendasi World Health Organization (WHO). Data menunjukkan pemberian Fomepizole pada pasien gangguan ginjal akut yang diduga disebabkan oleh intoksikasi memiliki efektivitas hingga di atas 90 persen.
"Tidak ada kematian dan tidak ada perburukan lebih lanjut. Anak tersebut sudah dapat mengeluarkan air kecil atau air seni. Dan dari hasil pemeriksaan laboratorium, kadar etilen glikol dari 10 anak tersebut sudah tidak terdeteksi zat berbahaya," ujarnya.
Cek riwayat kesehatan
Sementara itu Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Jawa Barat melakukan pengecekan riwayat kesehatan anak yang meninggal dunia karena sakit ginjal akut dengan memeriksa obat yang dikonsumsinya.
"Kami cek riwayat pasien dan saya turun ke puskesmas untuk mengecek obat yang diberikan, kemudian kami datang ke rumah duka mengecek kepada keluarga," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya Uus Supangat di Tasikmalaya, Senin.
Ia menuturkan, dalam kasus ginjal akut itu ditemukan ada satu orang anak usia 11 bulan warga Kecamatan Cipedes yang meninggal dunia, Sabtu (29/10).
Anak tersebut, kata dia, awalnya sakit dengan gejala panas kemudian dalam dua hari anak itu tidak buang air kecil, kemudian orang tuanya membawa ke puskesmas.
Pasien tersebut oleh pihak puskesmas dirujuk ke RSUD dr Soekarjo pada Jumat (28/10), kemudian dirujuk ke RSHS Bandung, namun keluarga belum bersedia, dan pasien meninggal, Sabtu (29/10).
"Hari itu mau langsung dirujuk ke RSHS, tapi pasien tidak bersedia. Pasien baru bersedia keesokan harinya, namun tidak keburu, keburu kondisi menurun," kata Uus.
Ia menyampaikan tim kesehatan telah memeriksa riwayat pasien, juga obat yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada pasien tersebut.
"Kami cek riwayat pasien dan saya turun ke puskesmas untuk mengecek obat yang diberikan, kemudian kami datang ke rumah duka mengecek kepada keluarga," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya Uus Supangat di Tasikmalaya, Senin.
Ia menuturkan, dalam kasus ginjal akut itu ditemukan ada satu orang anak usia 11 bulan warga Kecamatan Cipedes yang meninggal dunia, Sabtu (29/10).
Anak tersebut, kata dia, awalnya sakit dengan gejala panas kemudian dalam dua hari anak itu tidak buang air kecil, kemudian orang tuanya membawa ke puskesmas.
Pasien tersebut oleh pihak puskesmas dirujuk ke RSUD dr Soekarjo pada Jumat (28/10), kemudian dirujuk ke RSHS Bandung, namun keluarga belum bersedia, dan pasien meninggal, Sabtu (29/10).
"Hari itu mau langsung dirujuk ke RSHS, tapi pasien tidak bersedia. Pasien baru bersedia keesokan harinya, namun tidak keburu, keburu kondisi menurun," kata Uus.
Ia menyampaikan tim kesehatan telah memeriksa riwayat pasien, juga obat yang diberikan oleh petugas kesehatan kepada pasien tersebut.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes kembangkan penelitian penyebab gangguan ginjal akut