ANTARAJAWABARAT.com, 31/12 - "Posko Hijau" mengembangkan dan memperkenalkan mini pembangkit listrik tenaga bio massa (PLTBM) sebagai sumber energi alternatif di perumahan modern dengan berbahan baku sampah organik.
"Pembangkit listrik tenaga biomassa tidak hanya sebatas uji coba dan di pemukiman penduduk biasa, kami dari Posko Hijau menggandeng pengembang perumahan modern untuk memanfaatkan energi ini, dan ternyata bisa dilakukan, respon mereka positif," kata inisiator pengembang mini pembangkit listrik tenaga biomassa Sonson Garsoni di Bandung, Senin.
Sepanjang 2011 pihaknya telah memasang instalasi energi alternatif biomassa itu di 33 titik di Banten, Kutai Kertanegara Kaltim, Mempawah Kalbar, Padang Panjang Sumbar, Malang, Kabupaten Sigi Sulawesi Tenggara serta di sejumlah kompleks perumahan di Kabupaten Bandung.
Sonson yang lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu selama ini bergerak di bidang pengembangan pupuk organik dan biomassa dengan menjadikan rumahnya di Jalan Banjaran 390 Kabupaten Bandung sebagai laboratorium untuk program percobaan temuannya.
Berkat kerja kerasnya, di bawah bendera PT Cipta Visi Sinar Kencana ia sudah membuat mini pembangkit listrik tenaga biomassa dengan bahan baku sampah organik atau dari tumbuhan hidup atau yang baru mati.
"Saat ini proyek listrik biomassa yang kami kembangkan sudah dipakai di 33 proyek di perumahan modern, salah satunya di Sulawesi Selatan," kata Sonson yang juga Ketua Asosiasi Pengusaha Pupuk Kecil Menengah Indonesia itu.
Setiap pembangkit berkapasitas reaktor 3 meter kubik itu bisa memasok energi gas biomasa methan yang bisa memenuhi tujuh keluarga baik itu untuk keperluan listrik, memasak maupun kebutuhan lainnya.
"Biomassa yang dihasilkan berupa gas metan yang halus dan ramah lingkungan, satu reaktor bisa mencukupi tujuh keluarga," kata Sonson.
Instalasi mini pembangkit listrik tenaga biomassa dari setiap 150 kilogram biomas dalam instalasi digester tiga meter kubik akan menghasilkan output sekurangnya enam meter kubik biomethan serta 300 liter pupuk organik cair (POC) per hari.
Biomethan sebanyak enam meter kubik itu akan mampu memberi bahan bakar bagi nyala genset sebanyak 6KWH atau bagi genset 1KVA (1.000 watt) akan menyala enam jam. sedangkan bila 6 meter kubik biomethan digunakan pada kompor gas setara dengan 2,88 kg LPG.
Teknis bahan bakar biomassa itu dilakukan dengan teknik fermentasi oleh bakteri metanogen (aktivator GP7), sehingga sampah organik dalam tabung reaktor bisa menghasilkan biogas, bioelektrik dan pupuk.
"Pengembangan instalasi ini akan menjadi solusi bagi wilayah yang bermasalah dengane ceng gondok di perairan atau limbah ternak sapi dan kerbau, termasuk juga solusi bagi sampah organik di perkotaan. Semuanya bisa menjadi bahan baku untuk biomassa," kata Sonson.
Keunggulan pembangkit biomassa yang dikembangkan itu, kata Sonson selain menjadi sumber energi juga pembuanganya atau limbahnya menghasilkan pupuk organik.
"Kami akan mengembangkan PLTBM berbasis biomassa ini untuk menjadi solusi penanganan sampah perkotaan, diharapkan mendapat dukungan dari pemangku kepentingan," kata pria yang juga Wakil Ketua Kadin Jabar itu menambahkan.***3***