"Berbeda dengan sekolah formal, untuk anak usia sekolah kami harapkan meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi, namun untuk usia produktif dapat melanjutkan pendidikan di PKBM guna mendapatkan ijazah Paket A, B dan C," katanya.
Keberadaan PKBM di Cianjur dapat membantu pemerintah meningkatkan IPM yang masih rendah sehingga target lama sekolah dan usia sekolah dapat ditingkatkan seiring menjamurnya PKBM di seluruh kecamatan. Bahkan untuk menunjang keberadaannya, pemerintah daerah memberikan berbagai bantuan.
Bantuan itu mulai dari biaya operasional sekolah, alat tulis kantor, gaji tutor, dan tenaga ahli dalam pendidikan nonformal diberikan pemerintah untuk melancarkan kegiatan PKBM. Dengan demikian pengelola tidak terlalu memberatkan siswa yang rata-rata putus sekolah atau tidak melanjutkan karena ekonomi keluarga yang sulit.
Pemda mengharapkan masing-masing PKBM dapat memberikan pelatihan dan materi kewirausahaan sehingga saat menuntaskan pendidikan, mereka yang berusia produktif mendapat bekal untuk membuka usaha sendiri, seperti ilmu komputer, menjahit, memasak, dan perbengkelan.
Selain mata pelajaran umum yang diberikan layaknya sekolah formal, siswa PKBM juga dibekali keahlian khusus, seperti yang diberikan oleh pengelola PKBM Srikandi, Kelurahan Sawahgede, Cianjur.
Ketua Operator PKBM Kabupaten Cianjur, Gito Ramdhani, menceritakan sejak berdiri tahun 2017, pihaknya telah meluluskan 450 siswa berbagai tingkatan mulai dari Paket A, B, dan C. Ratusan alumnus itu didominasi lulusan Paket C yang dilengkapi dengan sertifikat keahlian menjahit dan komputer.
Selama 4 tahun terakhir, siswa yang mengikuti pendidikan merupakan buruh pabrik dan karyawan swasta yang saat melamar hanya menggunakan ijazah SMP sehingga saat dituntut perusahaan untuk meningkatkan status, mereka diharuskan melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.