Lebih lanjut, Andrew berpendapat bahwa Citroën yang memiliki sejarah panjang di dunia otomotif, mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi dan permintaan pasar yang dinamis.
Ia menganalogikan perubahan yang cepat itu seperti penggunaan telepon genggam. Dari yang semula hanya sekadar sebagai alat komunikasi, akhirnya berkembang sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat dalam kesehariannya.
"Kita sudah melalui banyak perubahan, dan sebagai pabrikan otomotif, kami melihat bahwa perubahan di tengah masyarakat itu penting. Misalnya, mobil listrik. Indonesia menjadi salah satu pasar yang tumbuh cepat. Citroën dan kami pun menerima perubahan itu dan bersemangat untuk menujunya," ujar Andrew.
Saat ditanya apakah ada kemungkinan bagi Citroën untuk memanfaatkan fasilitas manufaktur Indomobil Group di Indonesia, Andrew mengatakan masih diperlukan studi lanjutan terkait hal tersebut. Namun, regulasi pemerintah Indonesia yang mengharuskan adanya komponen lokal di dalam rakitan kendaraan pun tak terelakkan.
"Industri manufaktur di Indonesia bertumbuh cepat. Kami pun bekerja sama (dengan Citroën) untuk studi lebih lanjut seperti apa nanti ke depannya," kata Andrew.
"Indomobil memiliki pabrik dan pemerintah ada arahan untuk produksi (komponen kendaraan) dalam negeri. Kemitraan ini punya komitmen ke arah tersebut, sehingga perlu dilakukan studi kelayakan juga nanti," ujarnya menambahkan.
Adapun ia menambahkan, pasar otomotif di Indonesia memiliki prospek cerah di tahun-tahun mendatang. Dengan kemitraan strategis ini, Citroën sebagai produsen mobil Eropa akan menawarkan kendaraan yang lebih stylish dan berkualitas tinggi yang akan meramaikan pasar otomotif di Indonesia.
Citroën akan didukung oleh jangkauan luas Indomobil melalui jaringan diler resmi dan bengkel servisnya. Indomobil juga memiliki pengalaman dan keahlian yang mendalam dalam mengembangkan merek dengan strategi jangka panjang yang sukses.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Citroen kembali ke Indonesia, mobil siap dikenalkan pada 2023