Angklung kayu itu juga dipromosikan secara langsung di akun Instagram KBRI Tokyo.
Selain Dhany Irfansyah, pembicara lain dalam acara itu adalah pendiri Saung Angklung Ujo Taufik Udjo dan pegiat angklung milenial Masyhur.
Dhany mengatakan dirinya mengapresiasi dukungan KBRI atas karyanya tersebut.
“Angklung kayu ini saya ciptakan semata untuk memudahkan negara-negara lain membuat angklung dari bahan dasar kayu. Sehingga alat musik angklung bisa menyebar ke seluruh dunia," kata Dhany.
Sebelumnya dia telah mencoba membuat angklung dari bambu Jepang, namun bambu tersebut dinilai kurang cocok untuk dijadikan angklung.
Kiprah Dhany yang merupakan staf KBRI Tokyo di bidang seni musik terbilang baik. Pria yang telah 16 tahun bermukim di Jepang itu juga pernah menciptakan Angklung Digital lewat aplikasi mobile pada 2010.
Aplikasi itu tercatat sebagai rekor di Museum Rekor Indonesia (MURI) yang didaftarkan oleh Indosat Ooredoo bersama Saung Udjo dan Masagistudio pada 20 November 2016.
MURI saat itu mencatat ada 3.218 orang memainkan aplikasi Angklung Digital itu lewat ponsel cerdas berbasis Android dan iOS. Cara memainkan aplikasi itu juga mirip dengan angklung akustik, yaitu dengan cara digoyangkan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Seniman Jabar ajarkan angklung kepada penyandang disabilitas di Jepang