Sekretaris Jenderal Rabithah ‘Alam Islami (Liga Muslim Dunia) Syaikh Muhammad bin Abdul Karim Al Issa menyatakan Rabithah siap mendukung dan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan Nahdlatul Ulama dalam pelaksanaan agenda-agenda internasionalnya.
"Nahdlatul Ulama adalah organisasi yang pantas menjadi teladan bagi organisasi-organisasi Islam lainnya di seluruh dunia”, kata dia dalam keterangan yang diterima di Jakarta Kamis.
Dia menegaskan bahwa NU ikut memegang hak milik atas Rabithah karena Rabithah dimaksudkan sebagai milik seluruh dunia Islam.
Hal itu ia sampaikan dalam kesempatan pertemuan pribadi bersama Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf seusai penutupan “Forum tentang Nilai-nilai Bersama di Antara Para Pengikut Agama” di Riyadh.
Dia mengatakan tekad NU untuk meningkatkan keterlibatannya dalam aktivisme internasional mutlak memerlukan kerja sama dengan Kerajaan Arab Saudi dan Rabithah ‘Alam Islam.
Syaikh Al Issa menyambut ajakan kerja sama itu dengan bersemangat karena yakin bahwa semua agenda NU dimaksudkan sebagai ikhtiar untuk membangun dan menebarkan kemaslahatan.
“Saya sudah berkeliling ke seluruh dunia dan bertemu banyak orang. Tidak pernah saya mendengar pembicaraan tentang NU dan Anda pribadi (menunjuk Ketua Umum PBNU), kecuali hal-hal baik dan pujian saja”, kata Al Issa. Kedua pihak bersepakat untuk meningkatkan komunikasi dan koordinasi dalam langkah-langkah strategis menghadapi dinamika internasional yang rumit dewasa ini.
“Apa pun bentuk dukungan yang anda butuhkan dalam upaya-upaya internasional Anda, jangan segan-segan menghubungi kami. Karena Rabithah ‘Alam Islami ini adalah milik Nahdlatul Ulama juga," ujar Al Issa.
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf mengakui bahwa agenda apa pun menyangkut dunia Islam akan sulit berjalan dengan baik apabila tidak melibatkan Kerajaan Saudi Arabia.
Hal itu mengingat bahwa kerajaan itu memegang kedaulatan atas dua tempat suci, pusat peribadatan umat Islam di seluruh dunia.