Singapura (ANTARA) - Harga minyak tergelincir di perdagangan Asia pada Jumat sore, karena beberapa kekhawatiran pasokan mereda di tengah ekspektasi bahwa ekspor minyak mentah dari terminal CPC Kazakhstan akan dimulai kembali, sementara Uni Eropa tetap terpecah tentang apakah akan memberlakukan embargo minyak terhadap Rusia.
Harga minyak mentah berjangka Brent merosot 1,56 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi diperdagangkan di 117,47 dolar AS per barel pada pukul 08.00 GMT. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 1,56 dolar AS atau 1,4 persen, menjadi diperdagangkan di 110,78 dolar AS per barel, setelah keduanya turun lebih dari 2,0 persen pada sesi sebelumnya.
Baca juga: Kekhawatiran krisis pasokan mereda, harga minyak turun di Asia
Meskipun jatuh, kedua harga acuan menuju kenaikan mingguan pertama mereka dalam tiga minggu. Harga Minyak Brent berada di jalur untuk lonjakan 9,0 persen dan harga Minyak WTI di jalur untuk kenaikan 6,0 persen, karena kekhawatiran pasokan yang lebih luas yang dipicu oleh invasi Rusia ke Ukraina menopang pasar.
Amerika Serikat dan Inggris, keduanya kurang bergantung dari Uni Eropa pada minyak Rusia, telah memberlakukan larangan minyak mentah Rusia. Uni Eropa, yang sangat bergantung pada minyak dan gas Rusia, menghadapi dilema yang lebih besar mengenai apakah akan menjatuhkan sanksi pada sektor tersebut.
“Sebagai pembeli tunggal minyak Rusia terbesar, semakin cepat Eropa berusaha memotong impor Rusia, semakin tinggi harga minyak global akan naik,” kata analis J.P. Morgan dalam sebuah catatan.